Sukses

Gambaran Besarnya Imbas Perintah Putin agar Rusia Serang Ukraina bagi Ekonomi Dunia

Ekonom melihat invasi Rusia ke Ukraina atas perintah Putin dapat memunculkan dampak ekonomi secara global.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Vladimir Putin akhirnya memutuskan Rusia melancarkan aksi militer ke Ukraina. Sontak, ini menuai perhatian dunia.

Bahkan aksi Rusia serang Ukraina tersebut menuai kecaman keras dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dan memicu keluarnya sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Sejumlah ekonom melihat ancaman invasi Rusia ke Ukraina dapat memunculkan dampak ekonomi secara global, termasuk Amerika Serikat.

Dikutip dari laman New York Times, Kamis (24/2/2022), Rusia merupakan produsen utama minyak dan gas alam, dan konflik geopolitik yang sedang berkembang telah membuat harga kedua sumber energi tersebut naik tajam dalam beberapa pekan terakhir.

Selain itu, Rusia juga merupakan pengekspor gandum terbesar di dunia, dan merupakan pemasok makanan utama ke Eropa.

AS memang melakukan impor yang relatif sedikit dari Rusia, tetapi krisis komoditas yang disebabkan konflik dapat memiliki efek sampingan yang setidaknya, sementara waktu akan menaikkan harga bahan mentah dan barang jadi ketika sebagian besar dunia, termasuk AS, menghadapi krisis inflasi.

"Tingkat ketidakpastian ekonomi akan meningkat, yang akan berdampak negatif bagi rumah tangga dan perusahaan," kata Maurice Obstfeld, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics.

Dia juga mencatat bahwa dampak ekonomi terberat akan terasa di Eropa, namun pada tingkat yang lebih rendah di AS.

Tetapi para bankir sentral mencatat bahwa risiko geopolitik dapat menyebabkan kenaikan harga energi global atau memperburuk kekurangan pasokan, serta memungkinkan berubahnya prospek pertumbuhan ekonomi.

Dampak pada pasokan minyak dan gas

Implikasi ekonomi utama dan langsung dari ketegangan di Eropa Timur terkait dengan minyak dan gas.

Rusia memproduksi 10 juta barel minyak per hari, kira-kira 10 persen dari permintaan global, dan merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa, yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik dan menyediakan panas untuk rumah dan bisnis.

Meski impor AS atas minyak Rusia relatif sedikit, tetapi pasar komoditas energi bersifat global, yang berarti perubahan harga di satu bagian dunia memengaruhi berapa banyak orang membayar energi di tempat lain.

Sejauh ini, tidak diketahui secara jelas seberapa besar konflik Rusia-Ukraina akan mendorong harga, tetapi pasar energi telah gelisah – dan harga bahan bakarjuga  telah meningkat tajam – pada prospek invasi.

Jika harga minyak per barel naik menjadi USD 120 pada akhir Februari 2022, inflasi yang diukur oleh Indeks Harga Konsumen dapat naik mendekati 9 persen dalam beberapa bulan ke depan, kata ekonom di UBS, Alan Detmeister, yang pernah memimpin divisi harga dan upah di The Federal Reserve.

"Ini menjadi pertanyaan: Berapa lama harga minyak, harga grosir gas alam akan tetap tinggi?," ujarnya. 

Sementara menurut kepala analisis minyak di GasBuddy, Patrick De Haan, harga minyak USD 120 per barel adalah perkiraan yang masuk akal tentang seberapa tinggi harga minyak bisa naik, yang menandakan akan dibanderol USD 4 per galon di pompa secara rata-rata.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonom IMF: Konflik Rusia-Ukraina Bisa Naikkan Harga Pangan Global

Harga minyak, baru menjadi salah satu kekhawatiran utama dalam hal efek inflasi dari konflik Rusia-Ukraina.

Ukraina juga merupakan produsen signifikan uranium, titanium, bijih besi, baja dan amonia, dan sumber utama tanah subur di Eropa.

Ekonom di Dana Moneter Internasional, (IMF) yakni Christian Bogmans, melihat konflik Rusia-Ukraina dapat lebih meningkatkan harga pangan global, yang ditetapkan untuk stabil setelah meroket tahun lalu.

Rusia dan Ukraina bersama-sama memegang hampir 30 persen ekspor gandum global, sementara Ukraina sendiri menyumbang lebih dari 15 persen ekspor jagung global, papar dia.

Dan banyak daerah penghasil gandum dan jagung di Ukraina berada di dekat perbatasan Rusia.

Ukraina juga merupakan produsen minyak jelai dan sayur yang signifikan, yang masuk ke banyak makanan kemasan.

"Jika terjadi konflik, produksi mungkin terganggu, dan pengiriman mungkin terpengaruh juga," kata Bogmans.

Maka, jika negara lain menjatuhkan sanksi pada industri makanan Rusia, hal itu dapat membatasi pasokan global dan menaikkan harga, ungkap Bogmans.

Di sisi lain, jika konflik mendorong ketidakpastian secara global dan menyebabkan investor menuangkan uang ke dalam dolar, mendorong nilai mata uang, hal itu bisa membuat impor Amerika Serikat lebih murah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.