Sukses

Ternyata Ajaran Steve Jobs Jadi Motivasi Para Miliarder dan Pebisnis Dunia

Para miliarder menerapkan nilai-nilai Steve Jobs untuk mengembangkan perusahaan, siapa saja orangnya?

Liputan6.com, Jakarta Deretan miliarder dunia mulai dari Bill Gates, Elon Musk, Tim Cook, Meg Whitman, Jony Ive, dam Bob Iger merupakan orang-orang yang cukup berpengaruh di dunia.

Hal menariknya ternyata mereka menerapkan pelajaran yang diberikan Steve Jobs dalam menjalankan bisnis sekaligus kehidupan.

Steve Jobs menutup usianya pada 56 tahun setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit kanker di tubuhnya. Kematiannya telat membuat banyak pencapaian dan pengaruh yang cukup besar dalam kemajuan teknologi.

Orang-orang penting banyak memuji kesuksesannya sebagai pendiri Apple. Meskipun saat ini perusahaan tersebut dipegang oleh Tim Cook, ia tetap mengimplementasikan nilai-nilai Steve Jobs dalam menjalankan perusahaan.

Melansir dari CNBC, Selasa (12/10/2021), opini dan cerita dibagikan dari keenam miliarder dan pebisnis terkenal melalui beberapa cerita dan pengalaman berkesan bersama Steve Jobs. Simak beberapa kisah mereka.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cerita Para Miliarder

1. Bill Gates

Bill Gates dan Steve Jobs menjadi dua nama yang cukup dekat karena masih dalam rentang satu generasi. Dua perusahaan mereka sempat berjuang selama 30 tahun untuk bisa sukses sampai saat ini.

“Bagi kita yang cukup beruntung bisa bekerja dengan Steve, ini merupakan kehormatan yang luar biasa besar. Saya akan sangat merindukan Steve,” tulis Gates dalam unggahannya di Twitter.

Sejak kejadian itu, ia secara terbuka mengatakan kecemburuannya terhadap pesaing perusahaannya, terutama dalam kemampuan memotivasi dan berbicara di depan umum bersama banyak orang.

“Dia adalah seorang ahli dalam memotivasi orang secara berlebihan,” jelas Gates saat bercerita di sebuah siniar Armchair Expert.

Gates juga menambahkan bahwa ia adalah seorang penyihir kecil yang tidak bisa jatuh di bawah mantranya (Steve Jobs), tetapi ia bisa melihatnya membacakan mantra dan menonton respons semua orang terpesona dengan mantra itu,

Dalam wawancara yang dilakukan Wall Street Journal, Gates menegaskan bahwa Jobs selalu memiliki bakat alami untuk menarik perhatian audiens yang menontonnya, bahkan saat meluncurkan sebuah produk yang kurang menarik perhatian.

“Steve Jobs selalu bisa lebih natural di depan umum. Ia bisa berbicara tentang aja saja. Dalam kasus NeXT Computer, yang bukan mesin bagus, ia mampu memukai orang sampai mati,” papar Gates.

2. Tim Cook

Sebelum menjemput ajalnya, Jobs menyerahkan kekuasaannya sebagai CEO Apple kepada Tim Cook. Meskipun telah bekerja bersama selama 14 tahun langsung dari CEO-nya, tetap saja ada perasaan tidak siap untuk menggantikan posisi Jobs.

Cook sempat memberikan pelajaran berharga dari pendampingnya (mentor) saat acara kelulusan angkatan 2019 di Universitas Stanford bahwa empat belas tahun lalu, di waktu yang sama, Jobs memberikan pelajaran yang sama.

“Waktu Anda terbatas, jangan sia-siakan dengan menjalani kehidupan orang lain. Inilah alasan saya mengatakan hal tersebut, pendamping Anda telah membuat diri Anda siap tetapi tidak sepenuhnya siap,” jelas Cook.

Kesepian yang tengah dirasakan usai kepergiaan atasannya menjadikan dirinya menerima pembelajaran berharga. Pelajaran akan perbedaan kritis antara ‘prepared’ dan ‘ready’. Cook memperingatkan untuk saat waktunya tiba untuk memimpin, dalam kapasitas apapun, menjadi tidak siap bukanlah suatu masalah.

“Temukan harapan dalam hal yang tidak terduga. Temukan keberanian dalam tantangan. Temukan visi Anda di jalan yang sepi,” tutup Cook.

 

 

3 dari 4 halaman

Nilai Kehidupan

3. Meg Whitman

Jobs meninggal setelah Whitman merayakan tujuh tahun masa jabatannya sebagai CEO Hewlett Packard. Nilai-nilai yang ditinggalkan membuatnya menerapkan nilai tersebut sebagai filosofi kepemimpinannya hingga sekarang.

Setahun kemudian., Whitman mengatakan kepala Wall Street Journal bahwa ia akan menggunakan referensi dari perusahaan Apple. “Saya tidak berpikir bahwa kami telah mengikuti seluruh inovasi,” tambahnya.

Perusahaan teknologi itu mengajarkan Whitman dan seluruh pekerja perusahaan bahwa desain adalah elemen yang penting. Pendekatan Jobs terhadap desain produk menjadi salah satu warisan paling terkenal.

“Sederhana bisa lebih sulit daripada kompleks,” ujar Jobs saat itu yang diwawancarai oleh Business Week pada 1998. Setiap orang dituntut untuk bekerja keras agar menghasilkan pemikiran yang jelas dan dapat membuat sesuatu secara sederhana.

4. Jony Ive

Saat menghadiri proses pemakaman, Jony Ive yang pernah menjadi kepada desainer dari Apple menyampaikan pidatonya bahwa Steve Jobs merupakan teman terdekat dan orang paling setia.

Kenangan terbesar yang paling berkesan adalah cara Jobs melihat dunia. “Tanpa diragukan lagi, ia adalah manusia yang paling ingin tahu yang pernah saya temui,” papar Ive.

Keingintahuan dari Jobs yang tidak terpuaskan tidak dapat dibatasi atau dihambat oleh pengetahuan atau keahliannya. Itu adalah sesuatu yang hebat energik. “Keingintahuannya dipraktekkan dengan niat dan ketelitian,” tambah Ive.

Merasa ingin tahu dan kemauan untuk melakukan eksplorasi adalah hal yang penting bagi kesuksesan perusahaan Apple saat ini. Adanya keingintahuan membuat orang untuk belajar akan hal baru.

“Bagi Steve, keinginan untuk belajar jauh lebih penting daripada keinginan untuk menjadi benar,” tutup Ive.

 

 

4 dari 4 halaman

Pengalaman Berkesan

5. Elon Musk

Tidak terlalu banyak pengalaman dan interaksi yang dilakukan Elon Musk bersama Jobs. Pernah sekali ia pernah mengunggah cuitannya di Twitter bahwa sebuah momen berharga sempat berbicara sekali dengan Jobs.

Kesempatan tersebut terjadi saat acara Museum Sejarah Komputer pada 2013, Musk me ceritakan bahwa salah satu pendiri Google Larry Page pernah memperkenalkannya pada Jobs di sebuah pesta, tetapi responsnya dingin.

“Saya pernah mengajaknya berbicara, tetapi responsnya sangat kasar terhadap saya,” ujar Musk dengan nada bercanda. Musk merasa bahwa hal tersebut menjadi sesuatu pembelajaran bagi dirinya.

Dirinya telah mengagumi Jobs sejak lama. Kemampuannya mengembangkan Apple selama ini menarik perhatian banyak orang dan mendapatkan loyalitas dari karyawannya. Hal tersebutlah yang ingin Musk coba lakukan di perusahaannya, Tesla.

“Kemampuan untuk menarik dan memotivasi orang hebat sangat penting untuk keberhasilan sebuah perusahaan karena perusahaan hanya berisi sekelompok orang yang berkumpul untuk menciptakan produk,” papar Musk.

6. Bob Iger

Jobs pernah menjual studio animasi Pixar ke Disney seharga Rp105,1 triliun (USD 7,4 miliar) sebagai kesepakatan untuk menyelamatkan perusahaan. Hubungan dari kedua belah pihak ternyata sudah sama-sama saling kenal.

“Steve Jobs adalah seorang visioner yang luar biasa, teman yang sangat kami sayangi dan cahaya bagi keluarga Pixar,” jelas Iger setelah mengetahui pengumuman bahwa Jobs sudah meninggal dunia.

Potensi tersebut Iger lihat melalui perkembangan yang pesat dari Pixar. Rasa percaya diri dan ambisius yang besar membuatnya memercayai Jobs sebagai seseorang yang mampu untuk membawa perubahan.

“Perjalanan waktu, tidak peduli seberapa pendek atau lama, tidak meredupkan rasa kehilangan/kesedihan dan kehampaan yang tercipta setelah kehilangan kolega dan sumber imajinasi, penemuan, keingintahuan, dan visi yang kuat,” tutup Iger.

Reporter: Caroline Saskia

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.