Sukses

Hyundai Mulai Produksi Mobil Listrik di Indonesia pada Mei 2022

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Hyundai mulai memproduksi mobil listrik di Indonesia pada Mei 2022. Rencana produksi ini sudah direncanakan sejak 2019.

Bahlil menjelaskan, konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution telah mulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat awal pekan ini. Pembangunan ini untuk mendukung produks mobil listrik.  

Melihat ke belakang, pemerintah Indonesia telah menandatangani kerja sama dengan Hyundai untuk membangun pabrik mobil yang sejak 2020. Saat ini pabrik tersebut sudah memproduksi mobil tetapi masih mobil berbahan bakar minyak.

"Kemudian mobil listrik pada 2022 bulan Mei. Ini bukan baru akan, jadi jangan persepsi. Tahun 2022 bulan Mei itu sudah produksi mobil listrik buatan Hyundai," kata dia dalam konferensi pers, Jumat (17/9/2021).

Konsorsium Hyundai terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution yang bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku holding dari empat BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam.

Sementara untuk fasilitas sel baterai yang baru groundbreaking ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai. Secara keseluruhan investasi proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai USD9,8 miliar. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dari Hulu ke Hilir

Dia menambahkan, pemerintah akan membangun produksi mobil listrik ini mulai dari hulu sampai ke hilirnya. Setelah membangun pabrik mobil dan memproduksi baterai listriknya, pemerintah juga mendorong pembangunan prekursor ketot dan smelter untuk hilirisasi produk nikel yang melimpah di dalam negeri.

"Ini kita lakukan karena kita sadari negara-negara tetangga kita itu tidak ingin untuk Indonesia menjadi salah satu negara produsen baterai di dunia. Mereka ingin bahan baku dari kita, mereka mau bangun di negara mereka supaya made ini negara A, made in negara B," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini