Sukses

Berantas Preman dan Pungli, Operator Pelabuhan Diminta Tiru KAI

Pengamat menyarankan operator pelabuhan meniru cara pengelolaan di sektor kereta api oleh PT KAI (Persero) guna mengatasi masalah premanisme dan pungli

Liputan6.com, Jakarta Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyarankan operator pelabuhan meniru cara pengelolaan di sektor kereta api oleh PT KAI (Persero) guna mengatasi masalah preman dan pungutan liar (pungli) di lingkungan pelabuhan.

"Stasiun yang dulu kumuh, sekarang sudah rapi dan menarik, padahal kawasan stasiun juga dulunya penuh dengan aksi premanisme," katanya di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/6/2021).

Djoko mengatakan aksi premanisme di pelabuhan sudah berlangsung lama. Hal tersebut, kata dia, terjadi di hampir semua pelabuhan, terutama pelabuhan besar yang aktivitasnya tinggi.

Pengamat dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang itu menilai masalah sosial-ekonomi seringkali menjadi penyebab masalah premanisme.

Menurut dia, jika lingkungan pelabuhan dipenuhi masyarakat yang tergolong miskin dan kumuh, maka dapat dipastikan hal itu terjadi. Bahkan, tak jarang terjadi kerja sama dengan oknum aparat juga.

"Dalam bidang apapun, apabila pelanggaran murni dilakukan sendiri oleh pelaku, pasti hanya akan berlangsung sementara. Tetapi, kalau pelanggaran sudah berlangsung rutin dan terus-menerus, pasti sudah ada kerja sama," ujarnya.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu menambahkan jika di sekitar kawasan pelabuhan masih terdapat kemiskinan, hal itu bukan tugas dan kewajiban pihak operator pelabuhan untuk mengurusinya. Masalah tersebut menjadi kewajiban pemda setempat untuk mengurus dan membereskannya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Libatkan Marinir TNI-AL

Namun demikian, ia juga meminta operator pelabuhan dapat memberikan bantuan, misalnya beasiswa kepada anak-anak di sekitar kawasan pelabuhan untuk melanjutkan sekolahnya.

Ia mengatakan sumber dananya bisa dianggarkan dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) atau dari gaji bulanan sejumlah direksi dan komisaris operator pelabuhan.

"Tapi, harus ada keseimbangan pula, misalnya ada keluarga dari masyarakat yang bekerja di pelabuhan, demi anaknya yang sedang menempuh pendidikan, terutama kuliah," katanya.

Djoko menambahkan dalam mengelola pelabuhan yang modern, pihak berwenang harus berani untuk menghilangkan biaya atau pungutan yang sebetulnya tidak perlu, seperti container crane yang tidak ada peran buruh, namun proses bongkar muatnya tetap dipungut biaya.

Ia juga menyarankan TNI AL dari kesatuan marinir dijadikan kepala pengamanan di lingkungan pelabuhan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.