Sukses

Wawancara Khusus Direktur Konsumer BRI Handayani: Perempuan Indonesia Jangan Takut Berkarya

Dari makna Hari Kartini, batasan peran perempuan di Indonesia saat ini, sampai harapan untuk perempuan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April setiap tahun. Hari kelahiran RA Kartini ini dianggap merupakan tonggak kesetaraan gender bagi perempuan Indonesia.

Di masa sekarang, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sudah terlihat. Kini, banyak perempuan yang mampu menduduki posisi atau jabatan yang mungkin dulu hanya dipegang kaum Adam.

Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Handayani, termasuk jajaran perempuan yang mampu menduduki tampuk pimpinan BUMN di Indonesia.

Handayani adalah bankir sejati. Sebelum berlabuh di BRI, dia menjabat pada beberapa posisi di perbankan maupun perusahaan keuangan nasional.

Bisa dibilang dia salah satu contoh Kartini Masa Kini. Mampu meraih posisi yang menunjukkan jika perempuan bisa menjadi apa saja. Menunjukkan aktualisasi diri tanpa meninggalkan kodratnya.

Dia membagikan pandangan tentang peran perempuan di masa kini dan bagaimana perjalanan kariernya di BRI. Ingin tahu, berikut kutipan lengkap wawancara Handayani, Srikandi di Pucuk Pimpinan BRI bersama Liputan6.com: 

1. Apa makna Hari Kartini bagi Ibu?

Beliau itu tokoh yang luar biasa di zamannya. Seorang wanita yang relatif masih berusia sangat muda, tapi sangat menginspirasi, karena di zaman itu beliau sudah mencetuskan apa yang namanya gender equality.

Jadi itu buat saya verry inspiring dan ini harusnya menjadi sebuah insight untuk perempuan Indonesia bahwa kita lahir saat ini di Indonesia dimana peluang itu sangat terbuka dan itu karena beliau.

2. Adakah batasan peran perempuan di Indonesia saat ini?

Tidak ada batas, jadi kita bisa berkarier, kita bisa berkarya dan kita bisa menunjukkan kemampuan kita di berbagai bidang tanpa batasan.

Tapi kita harus sadar bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda. Jadi secara secara fisik berbeda, dan oleh sebab itu sebenarnya bukan untuk dipersaingkan tetapi untuk saling melengkapi.

3. Bagaimana awal cerita perjalanan karier Ibu? Dan apa tantangannya?

Saya kebetulan bergabung dengan BRI, bank yang luar biasa ini berdasarkan rapat umum pemegang saham luar biasa di Oktober 2017, sebagai Direktur Konsumer.

Pertama kali masuk di BRI saya sangat kagum. Kita tahu bahwa BRI ini berfokus kepada nasabah di segmen mikro, dengan jangkauan layanannya hampir di seluruh pelosok Indonesia.

Dan juga saya mengenal pekerja BRI dengan militansi yang luar biasa dan mereka tuh sangat tulus untuk bisa melayani nasabah yang segmennya dimulai dari ultra-mikro sampai nasabah korporasi yang High Net Worth.

Nah, tentu banyak tantangan ya, karena dengan customer yang luar biasa besar, kebetulan saya ditunjuk sebagai Direktur Konsumer, kalo kita bicara konsumer ini kan kita bicara bagaimana kita bisa memenuhi dan memberikan solusi bagi kebutuhan individu customer, baik dari sisi nasabah mikro sampai segmen high net worth.

4. Sejauh mana dukungan BRI pada karyawan perempuan?

Kalau secara policy di BRI sudah mencerminkan, bagaimana BRI akan mengakomodasi karier perempuan yang ada di BRI.

Nah, apa yang dilakukan secara policy tentu karena perempuan memiliki keunikan, di mana selain dia ingin mengaktualisasikan diri berkarier, dia punya pekerjaan domestik yang harus jadi tanggung jawabnya di rumah, sebagai ibu, sebagai istri.

Tentu ini yang harus disiasati oleh BRI sebagai perusahaan yang memberikan lapangan pekerjaan bagi perempuan. Nah, oleh sebab itu ada policy tertentu, misalnya dalam hal cuti, melahirkan… Atau dalam hal cuti untuk masa menstruasi tertentu.

Kemudian juga ada pertimbangan ketika melakukan rotasi atau mutasi karyawan. Tidak mungkin kita menempatkan pekerja perempuan yang sangat jauh dari keluarganya.

Sepanjang memiliki kompetensi yang memadai, kemudian memiliki pengetahuan yang cukup untuk menduduki posisi itu, setiap pekerja boleh bersaing untuk menduduki posisi itu.

 

5. Sebagai direktur perempuan, adakah kendala berkoordinasi dengan tim?

So far saya tidak menemui kesulitan ya karena biasanya sebelum saya atau setelah masuk ke organisasi biasanya mencari tahu dulu.

Misalnya saya punya tim di bawah saya, kepala divisi misalnya. Saya cari tahu ini kepala divisi saya background-nya seperti apa, karakternya seperti apa.

Sehingga, dari situ saya memiliki treatment yang berbeda-beda untuk setiap individu tim di bawah saya. Saya berusaha untuk menjadi teman juga untuk mereka. Meskipun memang tetap harus ada rasa hormat dari tim karena saya atasan mereka.

Model seperti itu so far saya lakukan sejak masa bekerja karena saya selalu bekerja bersama tim. Rasanya sih cukup workable untuk memahami dan menyampaikan apa yang saya inginkan untuk dikerjakan oleh tim.

6. Sempat ada perlakuan tidak adil di tempat kerja?

Pasti pernah lah ya dalam sebuah perjalanan karier saya yang sudah 33 tahun mendapat perlakuan misalnya di undermind, tidak dianggap, dianggap tidak mampu, ya pasti ada.

Dan buat saya itu hal yang lumrah karena mungkin ada banyak pekerjaan yang secara fisik mungkin dibutuhkan sosok laki-laki.

Saya biasanya melihat ini sebuah challenge buat saya. Untuk saya harus membuktikan bahwa saya juga mampu.

Buat perempuan tentunya hal-hal seperti itu tidak perlu dijadikan sebagai sebuah kendala, halangan, rintangan, justru itu menjadi sebuah challenge buat kita untuk bisa membuktikan bahwa ini tantangan buat kita.

7. Bagaimana cara membagi waktu antara karier dan keluarga?

Dari awal sebelum menikah disampaikan ke suami, saya bilang kalau kita menikah saya harus tetap bekerja ya, kamu harus setuju, kalau gak setuju, gak jadi deh kita gitu kan.

Buat saya menjaga social network, professional network itu penting supaya kita semakin pintar, supaya kita gak ketinggalan, dan bagi saya itu penting untuk membekali ketika berkomunikasi dengan anak.

Cara membagi waktu, kebetulan saya punya sahabat, kita berempat semuanya wanita karier dari dulu persahabatannya puluhan tahun, dan kita selalu punya nih ijin dari suami masing-masing untuk me time.

Jadi, kita setahun sekali pergi karena saya kebetulan punya hobi travelling dan juga makan. Jadi, me time-nya travelling dan juga makan. Tetap harus ada supaya kita ada waktu untuk diri kita sendiri.

Kalau di karier, ketika kita sudah sampai di kantor, pikiran kita tidak boleh terganggu oleh hal-hal yang di luar pekerjaan. Jadi ketika di pekerjaan kita harus fokus untuk menyelesaikan apa yang jadi tugas-tugas kita. Jadi, kuncinya disiplin gitu. Jadi, kalau kita di kantor urusannya kantor, ketika di rumah jangan bawa urusan kantor ke rumah kecuali ngerjain PR gitu ya kalau masih ada PR.

8. Apa itu Srikandi BRI? Apa tujuannya?

Ya, jadi Srikandi BRI ini adalah kumpulan para pekerja perempuan (BRI) di seluruh Indonesia yang sebenarnya bertujuan bagaimana kita ini mempunyai aktivitas di luar kantor, yang tujuannya adalah untuk social responsibility kepada masyarakat.

Kita mempunyai aktivitas yang pro people, pro planet, Jadi yang pro people tentu bagaimana kita bisa sharing tentang knowledge gitu ya. Bagaimana kita memberdayakan para UMKM gitu.

Nah, pekerjaan kita tidak secara langsung menyentuh mereka. Dengan adanya kegiatan Srikandi, teman-temea yang mungkin di kantor di belakang meja saja bisa ikut berkegiatan dan ber-impact kepada masyarakat.

Sampai saat ini mendapat respons luar biasa dari temen-temen Srikandi BRI, karena kita menjadi semakin dekat kemudian juga ini menjadi komunitas yang sangat produktif karena punya tujuan yang social concern-nya tinggi.

9. Apa harapan Ibu untuk perempuan Indonesia?

Saya mengajak semua perempuan Indonesia untuk jangan ragu-ragu terus berkarya, apapun itu dan harus selalu punya positive mindset. 

Kita ini kalau di karier atau pekerjaan mungkin populasinya masih relatif rendah dibanding pria, mungkin less than 20 persen kalau di karier, tapi kalau dari sisi UMKM, pengusaha perempuan itu sudah 60 persen.

Jadi, jangan takut untuk terus meningkatkan pengetahuan kalau kita knowledgeable kita akan menjadi lebih percaya diri, terus berkontribusi dan percaya diri untuk meyakini bahwa kita bisa melakukan banyak hal untuk Indonesia yang kita cintai.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

Simak Video Wawancara Lengkapnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.