Sukses

4 Fokus OJK Dukung Digitalisasi Keuangan

OJK ingin agar keuangan digital dapat terjangkau masyarakat luas termasuk di daerah terpencil.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan roadmap digitalisasi keuangan. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, sektor keuangan mau tidak mau harus masuk ke ranah digital jika tidak ingin terkena disrupsi.

Menurutnya, terdapat 4 fokus OJK dalam menyusun roadmap digitalisasi keuangan ini. Pertama, menjaga stabilitas sektor keuangan.

"Kami sangat concern bagaimana perkembangan produk digital, baik di keuangan maupun non keuangan, ini sangat kami amati dan concern,bagaimana masyarakat terlindungi kebutuhannya dan mendapat benefit paling banyak dalam mengakuisisi produk digital ini," katanya dalam pembukaan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan launching P2DD, Senin (5/4/2021).

Kemudian yang kedua, OJK juga memperhatikan bagaimana pengembangan keuangan digital dapat memberi kontribusi dan memberdayakan masyarakat itu sendiri.

"Agar masyarakat bisa mendapat keuntungan maksimal dengan adanya digitalisasi ini, dalam koridor stabilitas keuangan tetap terjaga," tuturnya.

Ketiga, OJK juga ingin agar keuangan digital dapat terjangkau masyarakat luas termasuk di daerah terpencil. Produk keuangan harus inklusif dan bisa didapatkan siapa saja.

"Keempat, digitalisasi ini harus berada dalam koridor environment standard. Kita harus comply terhadap ESG, ini sangat penting karena seluruh dunia juga concern terhadap hal ini," kata Wimboh.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perkembangan Keuangan Digital akan Semakin Pesat di 2021

Sebelumnya, Chief Economist Digital Banking Institute (DBI), Aldrin Herwany mengatakan perkembangan keuangan digital di Indonesia akan semakin menguat di tahun 2021. Lantaran memiliki potensi konsumen digital yang tinggi.

“Perkembangan keuangan digital atau digital financial di tahun 2020 sudah begitu sangat pesat, dilihat dari indikator meningkatnya transaksi mobile banking, top up e-wallet dan transaksi e-commerce,” kata Aldrin dalam konferensi pers Indonesia Digital Economy and Business Outlook 2021, Selasa (18/1/2021).

Melihat hal tersebut, kata Aldrin, keuangan digital akan semakin meningkat di 2021. Karena Indonesia memiliki potensi konsumen digital yang ditopang oleh struktur demografi yang didominasi generasi milenial dan penetrasi internet, serta mobile phone yang cukup tinggi.

Sekaligus didukung dengan adanya fenomena work from home dan bentuk-bentuk lain dari upaya pencegahan penyebaran covid-19, yang berdampak pada menurunnya mobilitas masyarakat secara offline.

“Adanya PSBB dan physical distancing menghadirkan solusi alternatif melalui inovasi transaksi tanpa tatap muka, dan perluasan akseptasi ekosistem digital financial,” ujarnya.

Selain itu secara makro ekonomi, perkembangan keuangan digital terlihat dari meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha informasi dan komunikasi sebagai sektor yang tidak terdampak resesi maupun perlambatan pada masa pandemi covid-19 dalam PDB.

Kemudian keuangan digital secara bertahap perkembangannya distimulasi oleh mulai bergeraknya sektor riil maupun sektor jasa, sejalan dengan mulai bergeraknya perekonomian di kuartal III dan kuartal IV tahun 2021.

Dengan begitu, Aldrin merekomendasikan agar peningkatan keuangan digital harus sejalan dengan upaya peningkatan perlindungan konsumen untuk tujuan menurunkan risiko beragam transaksi di platform online, seperti pembobolan M-Banking, penipuan online, dan lainya.

“Perkembangan keuangan digital juga harus dibarengi dengan upaya peningkatan efisiensi, inklusivitas, produktivitas, edukasi, dan literasi konsumen,” pungkasnya.   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.