Sukses

Pengusaha Hotel Gambarkan Bisnisnya Memburuk Bila Jakarta Lockdown di Akhir Pekan

Jika kebijakan lockdown akhir pekan diberlakukan maka bisa dipastikan bisnis hotel dan restoran di Jakarta terancam gulung tikar.

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meminta Pemprov DKI Jakarta mengkaji ulang rencana kebijakan lockdown akhir pekan di ibu kota. Kebijakan ini diyakini akan memperburuk kinerja bisnis hotel dan restoran di tengah pandemi Covid-19.

"Usulan kebijakan lockdown akhir pekan ini bisa dipertimbangkan kembali oleh Pemprov DKI. Karena kebijakan ini akan semakin memberatkan pelaku usaha, khususnya Hotel dan Restoran di Jakarta saat pandemi ini," ujar Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sutrisno Iwantono dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021).

Sutrisno bilang, akhir pekan merupakan momentum yang sangat dinanti bagi para pelaku usaha hotel dan restoran ibu kota di tengah kondisi sulit akibat pandemi ini.

Mengingat ada banyak kegiatan penting masyarakat yang bertempat di hotel dan restoran. "Seperti acara pernikahan, pertemuan di restoran dan lainnya walau berskala kecil ini bisa membantu bisnis," tegas dia.

Sehingga, menurut Sutrisno, jika kebijakan lockdown akhir pekan diberlakukan maka bisa dipastikan bisnis hotel dan restoran di Jakarta terancam gulung tikar.

Menyusul adanya kewajiban pelaku usaha untuk mengembalikan uang muka (DP) setelah adanya pembatalan kegiatan di hotel dan restoran akibat lockdown.

"Karena memang jika ada pembatalan oleh lockdown akhir pekan, kita harus mengembalikan uang DP sepenuhnya. Ini sungguh memberatkan kita dalam situasi terpuruk dan bisa menyebabkan guling tikar," tutup dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jakarta Lockdown di Akhir Pekan, Ekonomi Kuartal I 2021 Bakal Minus 2 Persen

Pandemi Covid-19 telah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 persen di sepanjang 2020. Pertumbuhan negatif tersebut diprediksi dapat berlanjut pada awal 2021 ini, saat pemerintah kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga rencana lockdown.

Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, menganggap bahwa kondisi perekonomian buruk belum akan berubah selama pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Terlebih peningkatan kasus positif virus Corona masih meningkat di triwulan I 2021, sehingga mendorong pemerintah memperketat PSBB. Termasuk mengkaji opsi lockdown Jakarta di akhir pekan yang diusulkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Bahkan ada rencana untuk lockdown weekend di DKI. Artinya aktivitas masyarakat masih akan terbatasi. Konsumsi dan investasi masih akan sangat rendah," kata Piter kepada Liputan6.com, Jumat (5/2/2021).

"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2021 masih akan negatif. Perkiraan saya di kisaran minus 1 sampai dengan minus 2 persen," ujar dia.

Belajar dari kondisi sebelumnya, Piter mengutarakan, penyebab kontraksi ekonomi pada 2020 adalah pandemi yang membatasi aktivitas sosial ekonomi.

Menurut dia, lapangan usaha utamanya yang menyangkut aliran manusia dan aliran barang, seperti transportasi pergudangan, maskapai penerbangan dan hotel akan terdampak paling besar.

"Logikanya sederhana. Ketika pandemi orang akan mengurangi bepergian maka jasa transportasi akan terdampak negatif. Orang mengurangi belanja, maka aliran barang akan terkurangi, toko-toko akan tutup, gudang-gudang akan tutup," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Lockdown Bukan Lagi Cara Utama Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.