Sukses

Uni Eropa Suntik 20 Juta Euro untuk Penanganan Covid-19 di ASEAN

Uni Eropa pemberian bantuan senilai 20 juta euro untuk mendukung kapasitas program kesiapsiagaan dan tanggap darurat dari mitra-mitra di ASEAN.

Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa hari ini mengumumkan pemberian bantuan senilai 20 juta euro untuk mendukung kapasitas program kesiapsiagaan dan tanggap darurat dari mitra-mitra di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Sebagai bagian dari respon global dari Tim Eropa terhadap penanganan pandemi Covid-19 di ASEAN.

Komisioner untuk Kemitraan Internasional, Jutta Urpilainen mengatakan, Program Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat terhadap Pandemi di Asia Tenggara akan dilaksanakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja sama dengan pemerintah pusat Negara-negara ASEAN dan Sekretariat ASEAN.

Program ini bertujuan meningkatkan koordinasi regional untuk penanggulangan COVID-19 dan memperkuat kapasitas sistem kesehatan di Asia Tenggara, sekaligus memberikan fokus khusus pada kelompok rentan.

"Program Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat terhadap Pandemi Asia Tenggara adalah bagian dari bantuan dan solidaritas Uni Eropa sebesar 350 juta euro untuk mendukung para mitra kami di ASEAN untuk mengatasi pandemi COVID-19. Koordinasi yang kuat di tingkat regional terhadap akses informasi, peralatan dan vaksin merupakan hal yang krusial untuk mengatasi krisis ini. Kita sama-sama mengalami krisis ini dan sebagai mitra kita lebih kuat jika menghadapinya bersama," jelas dia pada acara Pertemuan Menteri Luar Negeri Uni Eropa-ASEAN ke-23, Rabu (2/12/2020).

Program yang berdurasi 42 bulan ini akan memperkuat kapasitas pemantauan dan pengujian di Negara-negara ASEAN, serta kapasitas lembaga kesehatan dan tenaga kesehatan dalam menangani kasus Covid-19, sambil tetap memberikan layanan kesehatan penting lainnya.

Program ini juga akan mendukung komunikasi yang transparan dan tepat waktu tentang pandemi, serta mendukung penyampaian informasi terkait tindakan pencegahan, gejala dan risiko penyakit tersebut ke masyarakat yang tinggal di pedesaan dan daerah terpencil.

Sebagai informasi, bantuan Uni Eropa dalam menanggapi pandemi virus korona di kawasan Asia Tenggara mencapai 350 juta euro. Dengan tambahan kontribusi dari Negara-negara Anggota Uni Eropa, maka total bantuan dari Tim Eropa mencapai lebih dari 800 juta euro.

Demi mengatasi dampak kesehatan dan sosial-ekonomi dari pandemi virus Covid-19, Uni Eropa telah menyusun kembali program-programnya di Asia Tenggara, dengan memfokuskan secara khusus pada kebutuhan untuk melakukan komunikasi publik dan penelitian.

Sebagai contoh, dukungan Uni Eropa untuk Indonesia adalah dengan melibatkan solusi digital untuk melacak pengeluaran pemerintah terkait COVID-19, serta membantu memastikan transparansi dan akuntabilitas anggaran tersebut.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gegara Covid-19, Gaji Pilot Ini Dipotong 30 Persen dan Cuma Bisa Terbang 3 Bulan Sekali

Pandemi Corona Covid-19 masih menghantui sebagian besar penduduk Indonesia. Kepastian munculnya vaksin Corona Covid-19 masih dinanti oleh hampir semua orang terutama mereka yang mata pencahariannya terhantam keras dampak pandemi.

Seperti halnya Aditya Santosa, salah satu pilot yang mengabdi di salah satu maskapai nasional. Gegara pandemi Covid-19, pendapatannya tergerus dan produktivitasnya menurun.

"Benar-benar terasa itu ketika bulan Maret, dampaknya signifikan. Terasa sekali yang tadinya terbang 4-5 kali sebulan, sekarang mungkin 3 bulan sekali," ujar Adit dalam Dialog Rabu Utama Siang bertajuk Vaksin: Harapan Kembali Produktif, Rabu (2/12/2020).

Tak hanya jam terbang yang berkurang drastis, pendapatannya sebagai pilot dipotong sebesar 30 persen. "Lalu kita kan dapat uang terbang juga. Dengan berkurangnya jam terbang, (pendapatan) dipotong juga, jadi sangat terdampak," jelas Adit.

Bukan hanya soal pendapatan, pandemi Covid-19 juga mengubah cara kerjanya sebagai pilot. Adit mengaku dirinya harus datang ke bandara lebih awal saat bekerja untuk melakukan medical check up dan rapid test.

Ketika hasilnya non-reaktif, maka tim penerbangan akan melakukan briefing untuk persiapan penerbangan. Kebiasaan saling sapa dan bercerita saat crew briefing menjadi sedikit berbeda karena kali ini, mereka harus memakai masker dan menjaga jarak.

"Jadi terasa kurang akrab," katanya.

Kendati, Adit masih optimistis industri penerbangan akan bangkit seperti sediakala. Pasalnya, pemerintah tengah mengusahakan kehadiran vaksin untuk memastikan masyarakat merasa aman dan nyaman dari intaian virus.

"Saya sangat berharap pemerintah bisa distribusi vaksin secara merata supaya transportasi udara bisa kembali dan roda ekonomi Indonesia bisa pulih," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.