Sukses

BRI Target Penyaluran Kredit UMKM Capai 80 persen di 2022

Untuk saat ini BRI mampu menyalurkan kredit kepada UMKM sebesar 78,58 persen, sedangkan untuk non UMKM sebesar 21,42 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso, mengatakan menargetkan kredit terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada akhir tahun 2022 mencapai 80 persen.

BRI tetap fokus pada usaha Mikro kecil menengah dengan share UMKM kredit terhadap UMKM 78,58 persen, kami punya target di akhir 2022 kami sesuai target corporate kita harus mencapai angka 80 persen,”kata Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR terkait Penempatan Dana Pemerintah pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Kamis (17/9/2020).

Lanjutnya, untuk saat ini BRI mampu menyalurkan kredit kepada UMKM sebesar 78,58 persen, sedangkan untuk non UMKM sebesar 21,42 persen.

Oleh karena itu pihaknya berkeinginan untuk mengembangkan kredit terhadap UMKM pada akhir tahun 2022 bisa mencapai 80 persen. Ia optimis lantaran sebelumnya BRI terus berupaya meningkatkan kredit tersebut, dari sebelumnya 75 persen menjadi 78,58 persen tahun ini.

Dimana nilai kredit per segmen BRI pertumbuhannya sebesar 5,2 persen, dan sebarannya di masing-masing segmen masih didominasi oleh UMKM yakni yang paling bawah ada mikro, kecil, lalu menengah, dan paling atas korporasi serta BUMN yang paling atas.

Target tersebut didukung oleh kinerja keuangan BRI pada kuartal 2 tahun 2020 dikatakan masih terjaga baik. Di mana aset tahun 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,7 persen, kredit 5,2 persen,  simpanan 13,5 persen, kecuali laba BRI hanya mampu membukukkan Rp 10,2 triliun di semester 1 tahun 2020.

“Selama 6 bulan ini laba kita masih bisa membukukkan laba Rp 10,2 triliun dan artinya pertumbuhan labanya turun 36,9 persen dibandingkan tahun lalu. Jadi yang lain-lain di neraca itu naik, asetnya naik, simpanannya naik bahkan naik melebihi penyaluran kredit artinya memang ada masalah terkait permintaan terhadap kredit,” ujarnya.

Kendati begitu, pihaknya tetap optimis untuk ke depannya kualitas kredit BRI bisa terus membaik. Lantaran kualitas kredit di kuartal 2 tahun 2020, Sunarso menyebut NPL nya mengalami kenaikkan 3,13 persen dari sebelumnya 2,52 persen di kuartal yang sama tahun lalu.

“Saya rasa risk manajemen perbankan kita lebih sigap dan siap dalam sisi kebijakan dari OJK dan bank-bank BRI sendiri, NPL bisa kita kelola di level 3,13 persen itu masih di bawah ketentuan NPL yang membahayakan yaitu 5 persen,” pungkasnya.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BRI: UMKM Sudah Punya Bekal Pengalaman Hadapi PSBB Jakarta

Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Supari mengatakan, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di DKI Jakarta mulai 14 September 2020 tidak akan banyak mengganggu bisnis pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurut dia, pelaku UMKM sudah memiliki cukup bekal menghadapi PSBB tahap II tersebut, lantaran sudah pernah merasakannya di periode awal wabah pandemi Covid-19.

"Saya ini barangkali tiap hari pergi ke pasar. Kok rasanya pelalu UMKM optimistis terus. Mereka tangguh meski ada masa-masa sulit. Saya yakin mereka sudah dapat pembelajaran cukup di April-Mei," kata Supari saat virtual press conference Pesta Rakyat Simpedes 2020, Jumat (11/9/2020).

Supari menceritakan pengalamannya mengunjungi pasar-pasar rakyat seperti di Parung dan Sawangan. Dia menyampaikan, seluruh pelaku UMKM di sana masih sehat seolah tidak terjadi apa-apa.

Beberapa di antaranya bahkan mengalami peningkatan omzet selama pandemi Covid-19 ini, seperti penjual daster dan tanaman hias.

"Kemarin saya ke pasar ikan di Parung, Sawangan, Ciseeng. Mereka kayak enggak terjadi apa-apa. Saya tanya sehat semua, enggak ada yang terkena. Mereka tetap optimistis karena kegiatan usahanya tidak ada yang terpengaruh sama sekali. Mungkin seperti yang jualan daster, itu omzetnya naik 150 persen. Penjual tanaman hias juga bagus," ungkapnya.

Meski begitu, Supari tetap mengingatkan pelaku UMKM agar patuh terhadap protokol kesehatan.

"Besok Senin PSBB lagi, saya pikir tidak akan berpengaruh signifikan. Tapi khususnya bagaimana ekonomi UMKM tetap berjalan, dan bagaimana kita disiplin protokol kesehatan. Rasanya optimisme pelaku UMKM tidak akan pernah luntur," ungkapnya. 

3 dari 3 halaman

Berapa Jumlah UMKM di Indonesia? Ini Hitungannya

Tidak bisa dipungkiri, usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan salah satu penggerak utama perekonomian. Maka tak heran jika sektor UMKM terganggu maka ekonomi nasional juga terganggu. 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 64 juta. Angka tersebut mencapai 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.

Selama pandemi Corona Covid-19 ini, sektor UMKM paling terdampak. Banyak dari pengusaha tersebut yang harus gulung tikar karena permintaan jatuh.  

“Selama pandemi ini jujur saja banyak yang terhenti usahanya, sekitar 30 persen yang usahanya terganggu. Sedangkan yang memang terganggu tapi menciptakan inovasi-inovasi kreatif sekitar 50-70 persen, meskipun mereka terkena dampak,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan kepada Liputan6.com, Jumat (4/9/2020).

Kendati begitu, ia menyebut beberapa pelaku UMKM sudah mulai bangkit lantaran mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) seperti relaksasi KUR, subsidi bunga, modal kerja, serta Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk usaha mikro dalam bentuk hibah.

“Banyak program yang saat ini masih berjalan seperti Banpres produktif untuk usaha mikro, kemudian program-program yang lain baru dimulai, jadi kita belum ada data berapa jumlah UMKM yang bangkit, tapi diharapkan pada September kita sudah memiliki data, juga diharapkan September ekonomi kita bangkit,” ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat setidaknya sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari.

Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong dan mempercepat UMKM agar go digital.

Program-program pelatihan dan pendampingan terus dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan berbagai marketplace besar seperti Shopee, Blibli, Tokopedia, Grab dan lainnya.

Alasan kerja sama tersebut, dari 64 juta UMKM yang ada, ternyata baru 13 persen atau 8 juta UMKM yang hadir dalam platform digital.

Oleh sebab itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen hingga akhir tahun 2020 menargetkan 10 juta UMKM untuk masuk ke ekosistem digital. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.