Sukses

Erick Thohir Gandeng PBNU Percepat Pemulihan Ekonomi

Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua Umum PBNU, Saiq Aqil Siradj berkolaborasi dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua Umum PBNU, Saiq Aqil Siradj berkolaborasi dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang Koordinasi Hubungan Kerja Sama Kementerian BUMN dan Nahdlatul Ulama (NU).

Erick Thohir mengatakan, akselerasi pemulihan ekonomi nasional memerlukan dukungan kekuatan pentahelix, yaitu kekuatan pemerintah, kekuatan komunitas/masyarakat, kekuatan para akademisi, kekuatan dunia usaha, dan kekuatan media.

“Saya harap, Perkumpulan Pengusaha dan Profesional Nahdliyin (P2N) dapat memberikan warna dalam dunia perdagangan, perekonomian, dan profesionalisme dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional yang langsung dapat berdampak kebaikan bagi masyarakat Indonesia,” ujar Erick dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Antara, Jumat (4/9/2020).

Menurut Erick, PBNU saat ini sudah memenuhi empat dari lima kekuatan pentahelix tersebut, yaitu komunitas, akademisi, dan dunia usaha melalui Perkumpulan Pengusaha dan Profesional Nahdliyin (P2N-PBNU).

Menteri BUMN, Erick Thohir dan Ketua Umum PBNU, Saiq Aqil Siradj menandatangani MoU tentang Koordinasi Hubungan Kerja Sama Kementerian BUMN dan Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta pada Jumat (4/9).

Melalui MoU kali ini, Kementerian BUMN dan PBNU berencana mengolaborasikan beberapa program yang meliputi pemberdayaan Sumber Daya Manusia, optimalisasi peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam hal pengadaan barang dan jasa BUMN yang dapat dilakukan melalui platform digital PaDi UMKM dan dukungan pelaksanaan program pembinaan masyarakat sekitar yang berkaitan dengan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Menteri BUMN menekankan pentingnya partisipasi PBNU dalam implementasi program-program tersebut.

“Partisipasi NU sangat penting dalam mengimplementasikan program percepatan pemulihan ekonomi sehingga jika proyek UMKM bebrasis digital berhasil maka kerja sama dalam program lain bisa dilanjutkan,” kata Erick.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Chatib Basri: Pemulihan Ekonomi Indonesia Bakal Lebih Lama

Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Chatib Basri, meyakini pola pemulihan ekonomi nasional tidak akan berbentuk “V” shape, melainkan "U" shape. Dengan begitu, masa pemulihan ekonomi Indonesia diprediksikan membutuhkan waktu yang panjang.

“Saya yakin ekonomi kita akan pulih tapi saya berharap saya salah, recovery kita bentuknya agak susah untuk bentuk V, mungkin bentuknya huruf U, kalau bentuk huruf U artinya setiap perusahaan harus siap untuk proses pemulihan agak panjang,” kata Chatib  dalam seminar nasional daring AFPI, Kamis (3/9/2020).

Sehingga jika pemulihan itu terbukti U shape maka para pelaku UMKM dan usaha besar harus bisa bertahan hingga perekonomian Indonesia pulih di masa mendatang.

“Namun yang jadi masalah adalah kalau proses pemulihannya agak panjang, apakah akan survive atau tidak tergantung nafasnya cukup atau tidak,” ujarnya.

Menurut  Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014, nafas yang dimaksud adalah kemampuan bertahan di situasi krisis dampak pandemi Covid-19. Kata Chatib Basri nafas yang cukup itu bisa didorong oleh akses keuangan yang dimiliki si pelaku usaha.

“Katakanlah UKM kalau punya tabungan terbatas sementara pemulihannya memakan waktu Panjang, nafasnya tidak cukup namun sebelum pulih sudah keburu tutup. Artinya yang mereka butuhkan adalah relaksasi dari kredit dana, karena kalau panjang recovery nya baru bisa kembali normal itu dia akan mengalami kesulitan membayar kreditnya,” jelasnya.

Chatib berpendapat bahwa industri fintech memiliki keunggulan yang bisa dimanfaatkan di masa pandemi ini. Salah satunya aktivitas pembiayaan bisa dilakukan secara digital tanpa harus bertatap muka, selain itu prosesnya cepat dan tidak sulit.

Begitupun terkait agunan, untuk pembiayaan konvensional jika dalam situasi pemulihannya lambat, malah mengakibatkan pelaku usaha menutup usahanya karena sulitnya mengakses pembiayaan kredit.

“Saya justru melihat bahwa Peer to Peer bisa membantu kita di situasi saat ini. Tetapi bahwa itu tidak berdiri sendiri regulatornya juga harus mensupport, misalnya relaksasi kalau dari debiturnya minta relaksasi kredit mau gak mau itu treatmentnya kepada Peer to Peer harus sama seperti di perbankan,” pungkas Chatib Basri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.