Sukses

Resesi di Depan Mata, Kementerian Harus Hindari Ego Sektoral

Belanja pemerintah adalah satu satunya harapan motor ekonomi ketika investasi dan ekspor terpuruk. Dengan belanja pemerintah ini diharapkan Indonesia bisa menghindari dari jurang resesi.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia diperkirakan minus pada Kuartal II 2020. Pada kuartal selanjutnya, ekonomi Indonesia juga diprediksi kembali negatif sehingga secara teknis negara ini masuk dalam resesi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, ekonomi Indonesia minus 3,88 persen pada kuartal II dan berlanjut minus 1,75 persen di kuartal III. Dengan begitu, Indonesia akan masuk ke jurang resesi. 

Menurutnya, dengan kondisi penanganan covid-19 di Indonesia yang belum optimal, akan sulit untuk menghindari resesi.

“Sulit menghindari resesi karena penanganan krisis kesehatan belum optimal. Sementara itu stimulus pemerintah terhambat birokrasi dan ego sektoral membuat serapan dibawah ekspektasi. Idealnya saat bulan Juli setidaknya realisasi stimulus kesehatan dan UMKM sudah 50-70 persen. Ini baru 7 persen dan 25 persen,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Jumat (31/7/2020).

Hal ini mengakibatkan daya dorong ke konsumsi rumah tangga melemah. Bhima juga menyebutkan bahwa belanja pemerintah adalah satu satunya harapan motor ekonomi ketika investasi dan ekspor terpuruk.

“Yang perlu dipersiapkan agar resesi tidak berlanjut di kuartal I 2021 adalah percepatan pencairan stimulus termasuk evaluasi ulang seluruh stimulus perpajakan yang tidak efektif,” ujar dia. Selain itu, pemerintah diminta untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara lebih disiplin agar kurva kasus positif cepat landai.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Amerika Serikat Jatuh ke Jurang Resesi

Amerika Serikat (AS) telah masuk jurang resesi. Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi atau minus 32,9 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. Ini merupakan penurunan terburuk sepanjang sejarah.

Dengan ekonomi yang minus ini, Amerika Serikat (AS) masuk jurang resesi. Pada kuartal I 2020 atau periode Januari hingga Maret, pertumbuhan ekonomi AS juga telah minus 5 persen.

Mengutip CNN Business, Jumat (31/7/2020), AS terjerumus dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Bisnis yang berhenti akibat kebijakan lockdown untuk menghambat penyebaran virus Corona memusnahkan pertumbuhan ekonomi yang telah dicetak selama bertahun-tahun.

Resesi biasanya didefinisikan sebagai penurunan pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut hingga menyentuh angka minus. Di AS, ekonomi pada kuartal I minus 5 persen dan pada kuartal II minus 32,9 persen.

Namun resesi yang terjadi di AS saat ini bukan resesi biasa. Kombinasi krisi kesehatan dan ekonomi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak yang terjadi terhadap warga Amerika Serikat (AS) sangat besar.

Pada April 2020, lebih dari 20 juta pekerjaan di AS lenyap. Hal tersebut terjadi ketika lockdown dan bisnis tutup. Sebagian besar negara bagian mengambil kebijakan tinggal di rumah.

Pademi Corona ini mendorong ekonomi AS berada di tebing. Resesi pada tahun ini hampir empat kali lebih buruk dibanding krisis keuangan sebelumnya. Sekedar mengingatkan, pada kuartal IV 2008 lalu, ekonomi AS terkontraksi atau minus 8,4 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.