Sukses

Pandemi Corona Turunkan Kesejahteraan Nelayan dan Petani

Pandemi juga mendorong turunnya angka permintaan pada bisnis penginapan atau hotel, restoran, dan katering.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut jika pandemi Covid-19 yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir sangat berdampak besar terhadap pelaku koperasi dan UKM, termasuk para petani dan nelayan. Keluarga nelayan dan petani saat ini tengah dihadapkan pada kondisi sulit seiring meluasnya pandemi. 
 
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Simangkalit, menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat juga menurun terus pada Maret menjadi 1,22 persen. Bahkan, pada April 2020 kembali anjlok menjadi 1,73 persen. 
 
"Kondisi serupa juga mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat," ujar dia dalam pernyataannya, Minggu (31/5/2020).
 
Bahkan, pandemi juga mendorong turunnya angka permintaan pada bisnis penginapan atau hotel, restoran, dan katering. Sehingga menyebabkan banyaknya kredit macet pada sektor pembiayaan termasuk koperasi.
 
Turunnya daya beli masyarakat menyebabkan terjadinya “over supply” pada produk KUMKM termasuk produk petani dan nelayan.
 
Mengingat tingginya pasokan yang tidak sebanding dengan permintaan yang rendah mengakibatkan penurunan harga yang signifikan dan sangat merugikan KUMKM, sebab harga menjadi jauh di bawah HPP.
 
Oleh karena itu, Kemenkop UKM berupaya menggandeng BUMN pangan agar bisa menyerap produk KUMKM sehingga risiko kerugian bisa diminimalisir.
 
"Saya berharap lebih banyak pihak turut serta terlibat untuk mendukung para pelaku UMKM dan koperasi agar sektor riil juga terus bergerak," tandasnya. 
 
Reporter: Sulaeman
 
Sumber: Merdeka.com
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2,76 Juta Petani Peroleh Bantuan Rp 300 Ribu per Bulan

Pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia di masa pandemi Covid-19. Seperti menggulirkan insentif berupa stimulus modal kerja dan subsidi bunga kredit terhadap keluarga petani dan nelayan yang tengah dihadapkan pada kondisi sulit akibat pandemi.

"Tujuan utama dari skema program ini adalah untuk meringankan beban biaya konsumsi rumah tangga dari keluarga yang kurang mampu termasuk di dalamnya adalah petani dan nelayan miskin," kata Presiden beberapa waktu yang lalu.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa insentif paket stimulus modal kerja dan subsidi bunga kredit menelan anggaran sebesar Rp34 triliun. Dengan bantuan ini diharapkan keluarga petani miskin tetap bersemangat, kendati pandemi masih berlangsung.

"Petani itu pejuang terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Karena itu, sesuai arahan Bapak Presiden, keberlanjutan pertanian Indonesia harus kita jaga. Ada kurang lebih 2,76 juta petani yang masuk kategori miskin," kata Mentan melalui keterangan tertulis, Jumat (29/5/2020).

Menurutnya, relaksasi diberikan kepada penerima pembiayaan yang didapat melalui sejumlah program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Membina Keluarga Sejahtera (Mekaar), pembiayaan ultramikro (UMi), pegadaian, hingga pembiayaan dan bantuan permodalan dari beberapa kementerian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini