Sukses

Properti Depok Terus Menggeliat, di Tengah Masalah Banjir dan Wacana Monorel

Saat ini berkembang wacana pembangunan transportasi publik berbasis rel atau monorel Depok

Liputan6.com, Jakarta - Banjir besar yang terjadi di awal 2020 di sejumlah kawasan Jakarta ternyata terjadi juga di Depok, Jawa Barat. Tak hanya fasilitas publik, perkantoran, dan infrastruktur saja yang kebanjiran, banjir Depok juga menggenangi sejumlah kawasan perumahan.

Berdasarkan keterangan Wali Kota Depok Idris Abdul Somad, banjir Depok awal tahun ini tersebar di 83 titik yang mencakup 29 kelurahan dari total 63 kelurahan sehingga kerugian material akibat banjir tersebut ditaksir mencapai Rp 8,6 miliar serta 2.276 korban mengungsi.

Hal yang yang menarik adalah bahwa akar permasalahan banjir di Kota Depok sudah ada sejak dimulainya pembangunan perumahan pada sekitar tahun 1980-an. Apalagi sejak komplek-komplek perumahan masif dibangun mulai tahun 1982, setelah beroperasinya Universitas Indonesia. Di mana perumahan-perumahan dibangun di pinggir lokasi Sungai Ciliwung dari Bogor hingga Depok.

Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan menjelaskan, dengan keterbatasan lahan yang tersedia, arah pengembangan penyediaan hunian-hunian baru di Kota Depok mulai mengarah pada hunian vertikal atau apartemen. Terutama di kawasan Margonda, semakin marak pembangunan hunian vertikal tersebut di tengah pasokan lahan yang kian sulit dan mahal untuk membangun rumah tapak.

“Dari empat wilayah penyangga DKI Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, kenaikan harga paling pesat terjadi di area Depok. Rumah.com Indonesia Property Market Index kuartal IV 2019 mencatat indeks harga hunian di Depok dari sisi harga yang ditawarkan penjual berada pada titik 133,2, yang mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 12,96 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama pada 2018,” kata Ike dalam keterangan tertulis, Senin (3/2/2020).

Sementara dari sisi suplai, properti di Depok terus mengalami penurunan. Menurut Rumah.com Indonesia Property Market Index, Depok sempat mencapai titik suplai properti tertinggi pada kuartal ketiga 2017 sebesar 118,1. Namun kemudian suplai terus mengalami penurunan hingga berada pada titik 77,2 pada kuartal keempat 2019. Sepanjang 2019 kemarin suplai hunian di Depok berada di bawah angka 100.

Depok adalah kota di Indonesia yang memiliki kenaikan indeks harga properti paling besar dengan suplai properti paling sedikit. Bisa dibilang kenaikan indeks properti di Depok merupakan 5x kenaikan indeks properti nasional,” ungkap Ike.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akses Transportasi

Kenaikan indeks harga properti Depok didorong oleh semakin banyaknya pilihan akses transportasi menuju Depok. Apalagi setelah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) meningkatkan kualitas Kereta Rel Listrik (KRL), mulai dari ketepatan waktu hingga kenyamanan. Sehingga setiap stasiun KRL line telah bebas pedagang asongan dengan sistem gerbang peron yang modern. Rangkaian gerbong pun semakin nyaman lewat peremajaan dan penambahan penyejuk udara.

Hal lain yang juga mendorong kenaikan indeks harga properti Depok dengan mulai beroperasinya Seksi I Jalan Tol Depok–Antasari (Desari) pada 27 September 2018. Jalan Tol Desari ini adalah jalan tol penghubung Jakarta dengan Depok melintasi wilayah Kota Jakarta Selatan dan Kota Depok sehingga menjadi alternatif jalur antarkota selain melalui jalur Margonda.

Beroperasinya Seksi I Tol Desari merentang sepanjang 5,8 km antara Antasari-Brigif, akan dilanjutkan seksi II dari Brigif hingga Sawangan sejauh 6,3 km yang mulai beroperasi pada kuartal 1 2020. Sedangkan seksi III sepanjang 9,5 km dari Sawangan menuju Bojong Gede diperkirakan akan beroperasi pada pertengahan 2021. Tol Depok-Antasari juga akan terkoneksi dengan Tol Bogor Ring Road-Ciawi dengan penambahan lingkup sepanjang 6,5 km untuk Bojong Gede-Salabenda.

 

3 dari 3 halaman

Rencana Monorel

Apalagi saat ini berkembang wacana pembangunan transportasi publik berbasis rel atau monorel Depok, dimana menurut Wali Kota Mohammad Idris, monorel ini sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan di kotanya. Karena mengurai kemacetan dengan melebarkan badan jalan, belum tentu menjadi solusi yang baik.

Ike menambahkan bahwa sistem transportasi massal dalam kota memiliki dampak yang sangat nyata pada kenaikan harga properti. Keberadaan koridor transportasi baru, penambahan akses transportasi atau perubahan sistem transportasi massal akan meningkatkan potensi investasi properti di suatu wilayah.

“Mulai beroperasinya akses transportasi menuju Depok akan mendongkrak harga properti karena meningkatkan konektivitas, akses masyarakat, dan mengurangi waktu perjalanan. Walaupun Seksi I Tol Desari baru dibuka sepanjang 5,8 km antara Antasari-Brigif dan pembangunan monorel Depok masih berupa wacana namun indeks harga properti di sekitar wilayah Depok diperkirakan semakin terkerek naik,” jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini