Sukses

Harga Minyak Turun Dipicu Rencana OPEC dan Sekutu Dongkrak Produksi

Harga minyak turun karena Rusia dan OPEC berencana meningkatkan produksi.

Liputan6.com, New York - Harga minyak menghentikan reli pada perdagangan hari Senin (Selasa pagi WIB) setelah Menteri Keuangan Rusia mengatakan peluang Rusia dan OPEC meningkatkan produksi untuk memperjuangkan pangsa pasar dengan Amerika Serikat (AS), di mana produksi tetap pada rekor tertinggi.

Kerugian dibatasi oleh pengetatan pasokan global, karena produksi telah turun di Iran dan Venezuela di tengah tanda-tanda AS akan semakin memperketat sanksi terhadap dua produsen minyak yang tergabung dalam OPEC itu, dan pada ancaman bahwa pertempuran baru dapat menghapuskan produksi minyak mentah di Libya.

Dilansir dari Reuters, Selasa (16/4/2019), harga minyak mentah berjangka Brent mengakhiri sesi di USD 71,18 per barel, turun 37 sen atau 0,5 persen, setelah sebelumnya turun di bawah USD 71. Harga minyak Brent mencapai level tertinggi sejak 12 November pada hari Jumat di USD 71,87.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun USD 49 sen atau 0,8 persen menjadi USD 63,4 per barel.

Harga minyak telah naik lebih dari 30 persen tahun ini, terutama karena kesepakatan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk memangkas produksi 1,2 juta barel per hari sejak 1 Januari hingga enam bulan. Kelompok ini akan bertemu pada bulan Juni untuk memutuskan apakah akan melanjutkan menahan pasokan atau tidak.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan pada akhir pekan bahwa Rusia dan OPEC dapat memutuskan untuk meningkatkan produksi untuk memperjuangkan pangsa pasar dengan Amerika Serikat, tetapi ini akan mendorong minyak ke level rendah USD 40 per barel.

“Ada dilema. Apa yang harus kita lakukan dengan OPEC: haruskah kita kehilangan pasar, yang sedang diduduki oleh Amerika, atau keluar dari kesepakatan?," Siluanov di Washington, TASS melaporkan.

"(Jika kesepakatan itu diabaikan) harga minyak akan turun, maka investasi baru akan menyusut, produksi Amerika akan lebih rendah, karena biaya produksi untuk minyak serpih lebih tinggi daripada untuk minyak tradisional."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak AS

Sementara dia mengaku tidak tahu apakah negara-negara OPEC akan senang dengan skenario ini, pemimpin kelompok itu, Arab Saudi, dianggap tertarik untuk terus memotong produksi, tetapi sumber di OPEC mengatakan mereka dapat meningkatkan produksi mulai Juli jika gangguan berlanjut di tempat lain.

Harga minyak telah menghadapi tekanan dari lonjakan produksi minyak mentah AS, yang merupakan rekor mingguan 12,2 juta barel per hari, berkat revolusi serpih.

Produksi minyak mentah AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan naik sekitar 80.000 barel per hari di Mei ke rekor 8,46 juta barel per hari, kata pemerintah.

Hitungan rig pengeboran AS, indikator produksi di masa depan, minggu lalu naik untuk minggu kedua berturut-turut.

"Saya berharap minyak akan diperdagangkan dalam kisaran yang relatif ketat sekitar USD 70 untuk saat ini," kata Virendra Chauhan, analis minyak Energy Aspects di Singapura.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.