Sukses

Atasi Gangguan KRL, Menhub Bentuk Satgas 

Satgas akan memetakan titik-titik yang diindikasikan bermasalah, terutama jaringan, rel dan listrik aliran atas(LAA) KRL.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membentuk satgas untuk mengatasi gangguan pengoperasian kereta rel listik (KRL) yang akhir-akhir ini sering terjadi.

“Sudah dibentuk suatu tim untuk menganalisis beberapa kejadian-kejadian itu menyelesaikan dengan cara-cara teknis yang baik,” kata Budi dikutip dari Antara, Kamis (4/4/2019).

Satgas tersebut akan memetakan titik-titik yang diindikasikan bermasalah, terutama jaringan, rel dan listrik aliran atas(LAA).

“Satgas ini akan menyelesaikan hal-hal uang dikatakan berkaitan dengan rel pada titik-titik yang sudah diindikasikan ada masalah,” katanya.

Satgas tersebut terdiri dari personel PT Kereta Api Indonesia dan PT Kereta Commuter Indonesia.

Satgas tersebut, kata Budi, mulai bekerja dan akan diadakan rapat yang lebih terinci terkait langkah-langkah dan anggaran untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Budi menyebutkan bahwa salah satu penyebab gangguan KRL adalah ketidakmampuan sistem, sarana dan prasarana menangkal petir yang dikatakan memiliki kemampuan dua kali dari biasanya.

Hal itu, lanjut dia, dikarenakan usia sarana dan prasarana yang sudah tua dan belum diremajakan.

“Dari apa yg kita evaluasi memang beberapa hal yang kita dapat simpulkan bahwa peralatan-peralatan yang ada di Jabodetabek ini pada usia yang memang sedikit lanjut dan terdapat beberapa kejadian esktrem baik itu cuaca, hujan maupun petir sebagai indikasi petir yang biasanya itu 200 kilo ampere, ini terjadi dengan suatu besaran dua kali lipat, sehingga terjadilah beberapa hal itu,” katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kereta Anjlok

Terkait kereta anjlok, Ia menjelaskan, adanya penurunan tanah karena hujan dan tidak diimbangi dengan perawatan yang sesuai.

“Makanya ini cuaca ekstrem dikatakan dengan perawatan. Katakanlah kalau cuaca ekstrem itu tadinya skala enam sekarang skala sembilan, sehingga perawatan yang berbanding lurus dengan enam sudah tidak bisa. Perawatan mesti lebih intensif apalagi rel ini lebih berumur dari sebelumnya. Jadi, tim adhoc ini harus bekerja ekstra lebih dari sebelumnya,” katanya.

Kemudian, Budi mengatakan, frekuensi pemakaian sarana yang tinggi juga memicu perlatan tidak beroperasi secara prima.

“Identifikasi yang lain adalah memang frekuensi semakin ketat,” katanya.

Budi menambahkan satgas tersebut juga dikerahkan untuk mempersiapkan angkutan Lebaran yang aman dan selamat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.