Sukses

Data Tenaga Kerja AS Lesu, Harga Emas Makin Berkilau

Harga emas menguat menyambut akhir pekan ini didorong rilis data tenaga kerja AS pada Februari kurang menggembirakan.

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat menyambut akhir pekan ini didorong rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) pada Februari kurang menggembirakan.

Harga emas untuk pengiriman April naik USD 10,30 atau 0,8 persen ke posisi USD 1.296,40 per ounce. Harga emas menguat tersebut usai ekonomi AS hanya menciptakan sedikit tenaga kerja dari yang diharapkan pada Februari.

Data tenaga kerja AS menunjukkan hanya ada penambahan 20.000 tenaga kerja pada Februari. Sebelumnya ekonom mengharapkan pertumbuhan tenaga kerja  mencapai 180.000. Demikian mengutip laman Kitco, Sabtu (9/3/2019).

Selain itu, tingkat pengangguran mencapai 3,8 persen, turun dari posisi Januari. Ekonom mengharapkan tingkat pengangguran sekitar 3,9 persen. Penurunan tingkat pengangguran terjadi karena tingkat partisipasi relative stabil di 63,2 persen.

Sementara itu, data utama secara signifikan lebih lemah dari yang diharapkan. Laporan mencatat revisi lebih baik untuk pekerjaan pada Desember dan Januari. Data Desember direvisi hingga 227.000 dari estimasi sebelumnya 222.000. Sementara itu, data Januari direvisi hingga 311.000 dari perkiraan awal 304.000.

Adapun harga emas bertahan untuk kenaikan moderat menjelang rilis data. Harga emas pun naik ke posisi USD 1.297,50 per ounce. Pelaku pasar dan investor mengawasi level harga emas di USD 1.300 per ounce.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sentimen Positif Lainnya

Berita positif lainnya untuk emas yaitu upah meningkat lebih tinggi. Upah naik 11 sen atau 0,4 persen pada Februari. Ekonom mengharapkan kenaikan 0,3 persen. Sepanjang tahun berjalan 2019, upah meningkat sebesar 3,4 persen.

Meski inflasi upah meningkat, para ekonom tidak mengharapkan data terbaru memiliki banyak dampak pada the Federal  Reserve atau bank sentral AS karena bank sentral mengatakan nyaman dengan inflasi lebih dari dua persen.

Ekonom Senior CIBC Capital Markets, Andrew Grantham menuturkan, laporan pekerjaan yang mengecewakan pada Februari menciptakan sejumlah risiko untuk penurunan pengeluaran konsumen. Namun, ia menambahkan, hal itu mungkin tidak memiliki banyak dampak pada harapan suku bunga the Federal Reserve (The Fed).

"Mengingat volatilitas data baru-baru ini, the Fed kemungkinan akan diskon penyesuaian suku bunga satu kali, dan hanya mulai khawatir jika melihat beberapa hasil lebih lemah pada bulan-bulan mendatang," ujar dia.

"Dolar AS mungkin akan diperdagangkan lebih rendah dan imbal hasil jangka pendek bisa turun karena kejutan data tenaga kerja," ia menambahkan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.