Sukses

Menteri Susi: Penjual Kelapa Muda Jangan Pakai Sedotan Plastik

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengkritisi penggunaan sedotan plastik di pantai dan pulau-pulau wisata.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengkritisi penggunaan sedotan plastik di pantai dan pulau-pulau wisata. Di tempat tersebut, banyak wisatawan menikmati kesegaran kelapa muda dengan menggunakan sedotan plastik.

"Saya minta Anda dan kita semua mulai jangan pakai sedotan (plastik). Minum kelapa saja pakai sedotan di pulau-pulau kecil yang indah sedotan nya berserakan sepanjang pantai," kata Susi di Kawasan GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (25/11/2018).

Ia pun menyarankan agar penjual kelapa muda tidak menyediakan sedotan plastik. Dengan begitu, wisatawan dapat meminum kelapa muda langsung dari tempurung. Menurutnya, ada manfaat juga yang bisa diraih dengan cara tersebut yaitu bisa menghaluskan kulit wajah ketika air kelapa muda menetes ke kulit.

"Pakai langsung saja, air kelapa itu menetes langsung ke kulit kita bisa bikin halus kulit, kenapa harus pakai sedotan? itu saja," tegasnya.

Dia juga menegaskan saat ini sudah ada peraturan khusus yang mengatur larangan penggunaan plastik dalam rangka mencegah pencemaran sampah plastik terutama di lautan.

"Sudah ada rencana aksi nasional penanganan sampah plastik di laut, semua kementerian dan lembaga punya tugasnya masing-masing. Sebagai pribadi, sebagai menteri, kita semua, anda semua harus buat ini sebagai program nasional negeri kita. Karena kalau tidak, sampah akan merusak hidup. Dan kesejahteraan kita terganggu karena sampah," tutupnya.

Reporter : Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Temuan 1.000 Plastik dalam Perut Paus Sperma di Indonesia Disorot Dunia

Sebelumnya, seekor paus sperma ditemukan warga terdampar di sekitar Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Minggu, 18 November 2018 sekitar pukul 16.00 Wita. Paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter itu, ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai.

Salah seorang penduduk Pulau Kapota, Aswar, mengatakan warga melaporkan keberadaan paus tersebut ke dinas perikanan. Setelah itu, sejumlah pihak, termasuk pengurus Taman Nasional Wakatobi, turun langsung ke lokasi penemuan paus sperma.

Saat ditemukan warga, paus sperma dikelilingi sampah plastik dan potongan potongan kayu. Saat warga membelah perut paus, ternyata di dalam perutnya juga berisi sampah plastik. 

Penemuan ini baru terungkap pada Senin (19/11/2018) saat salah seorang warga mengunggah di salah satu akun media sosial miliknya. Saat sampai di lokasi, paus sperma itu ditemukan terapung-apung di perairan dangkal pinggir pantai yang berdekatan dengan permukiman warga.

"Ada banyak sampah plastik, semua sampah plastik ringan," ujar Syahrul Said, warga lainnya.

Kabar miris yang menimpa paus sperma ini ternyata disorot oleh media asing. Banyak pula orang yang prihatin atas kondisi hewan yang sepatutnya dilindungi tersebut.

Dalam artikel bertajuk "Sperm whale washed up in Indonesia had plastic bottles, bags in stomach", media Singapura yaitu Channel News Asia menulis bahwa jumlah plastik yang ada di dalam perut paus sperma hampir enam kilogram.

Media itu juga memaparkan bahwa ada banyak item yang ditemukan dalam perut paus itu. Mulai dari cangkir, botol plastik, tas, sandal hingga karung.

Berita mengenaskan ini juga terdengar hingga Inggris. The Guardian dalam artikel: "Indonesia: dead whale had 1,000 pieces of plastic in stomach", menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat pencemaran limbah plastik di laut terbesar kedua setelah China.

Menurut penelitian yang dilakukan pada Januari lalu menyebut bahwa Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik tiap tahun. Sebanyak 1,29 juta di antaranya berakhir di laut.

Tak ketinggalan, media Inggris lain seperti BBC turut menyorot kejadian ini.

BBC memaparkan laporan bahwa limbah platik merupakan ancaman bagi biota laut.

Plastik menjadi salah satu penyebab kematian ratusan hewan laut. Pada Juni lalu, seekor pausjuga ditemukan mati di Thailand setelah menelan 80 kantong plastik, demikian ditulis dalam artikel berjudul, "Dead sperm whale found in Indonesia had ingested 6kg of plastic".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.