Sukses

BI: Impor Migas Meningkat Dongkrak Defisit Neraca Perdagangan

Bank Indonesia (BI) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 masih mengalami defisit.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 masih mengalami defisit. Namun, angka defisitnya menurun dibanding bulan sebelumnya.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menuturkan neraca perdagangan defisit USD 1,02 miliar pada Agustus 2018, menurun dibandingkan dengan defisit neraca perdagangan bulan sebelumnya sebesar 2,01 miliar dolar AS. 

"Defisit neraca perdagangan tersebut terutama disebabkan peningkatan impor migas, terutama impor minyak mentah," kata Perry di kantornya, Kamis (27/9/2018).

Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas kembali mengalami surplus seiring dengan menurunnya impor nonmigas, antara lain impor mesin dan pesawat mekanik, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, bahan kimia organik, serta plastik dan barang dari plastik.

"Namun secara umum permintaan impor nonmigas masih tetap kuat sejalan dengan permintaan domestik yang masih tinggi," ujar Perry.

Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif Januari-Agustus 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit USD 4,09 miliar.

Dari kondisi ini, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat cukup tinggi sebesar USD 117,9 miliar pada akhir Agustus 2018 atau setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Defisit Neraca Dagang

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan pada Agustus 2018 sebesar USD 1,02 miliar.

Kepala BPS, Suharyanto, mengatakan meski masih mengalami defisit namun angkanya mengalami penurunan dibanding Juli 2018.

"Jauh lebih kecil dibanding bulan lalu USD 2 miliar, sekarang hanya USD 1 miliar separuhnya. Tentunya kita berharap gak mengalami defisit tetapi kembali mengalami surplus," kata Suharyanto di kantornya, Senin (17/9).

Dia mengungkapkan, ekspor sebetulnya sudah mengalami pertumbuhan. Namun sayangnya laju impor masih lebih deras.

"Ekspor masih tumbuh tapi impornya tumbuh jauh lebih tinggi," ujar dia.

Selain itu, defisit juga diakibatkan oleh membengkaknya impor sektor migas. Padahal, sektor nonmigas sudah mengalami surplus.

"Penyebab defisit itu terjadi karena adnaya defisit di migas sebesar USD 1,6 juta tetapi di non migas sebetulnya surplus."

Non migas surplus USD 639 juta. Namun angka tersebut tidak dapat menambal defisit yang terjadi di migas.

"Surplus non migas USD 639 juta tetapi karena ada defisit di migas USD 1,6 juta sehingga kita mengalami defisit USD 1,02 miliar," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.