Sukses

Sengketa Dagang AS dengan China Beri Tenaga Buat Harga Emas

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik USD 5,40 atau 0,5 persen ke level USD 1.208,30 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan rabu karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Investor mulai khawatir dampak perang dagang AS dengan China akan mempengaruhi perekonomian AS sehingga mendorong pelemagan dolar AS. Investor berbondong-bondong kembali berinvestasi ke logam mulia.

Mengutip Reuters, Kamis (20/9/2018), harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.203,68 per ounce pada perdagangan pukul 1.33 siang waktu New York. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik USD 5,40 atau 0,5 persen ke level USD 1.208,30 per ounce.

Dolar AS melemah terhadap euro dan jatuh ke level terendah dalam hampir tiga minggu karena investor menahan pembelian dolar AS di tengah sengketa pemberian tarif baru antara AS dengan China.

"Tampaknya investor mulai melihat bahwa perang tarif akan berdampak negatif dan memberikan kerugian juga kepada AS," jelas ekonom National Australia Bank John Sharma.

Harga emas telah merosot sekitar 12 persen sejak April, terluka oleh perselisihan yang meningkat dan kenaikan suku bunga AS. Para investor yang membeli dolar AS dengan keyakinan bahwa Amerika Serikat memiliki lebih sedikit kerugian dari perselisihan tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Pada perdagangan kemarin, harga emas melemah tetapi tetap berada di posisi di atas USD 1.200 per ounce. Gerak dolar Amerika Serikat dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China pengaruhi harga emas.

Selain itu, logam untuk penggunaan industri terikat dengan kondisi ekonomi AS dan China yang kuat. Pergerakan harga logam ini sensitif dengan perkembangan sektor perdagangan.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun USD 2,9 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.202,90 per ounce. Harga untuk kontrak paling aktif kini berada di atas USD 1.200 untuk perdagangan enam sesi berturut-turut. 

"Ke depan, dolar AS dan perang dagang dapat menjadi pengaruh terpisah sebagai korelasi kebalikan antara dolar AS dan sentimen komoditas yang merosot pada pekan ini. Itu kemungkinan akan sebabkan sedikit korelasi antara logam mulia dan industri," ujar Tyler Richey co-Editor the Sevens Report, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Rabu (19/9/2018).

Dolar AS dan harga emas cenderung bergerak terbalik. Indeks dolar AS bergerak moderat. Indeks dolar AS naik 0,2 persen ke posisi 94,46. Sepanjang September, dolar AS sudah susut 0,5 persen.

Pada Senin waktu setempat, Presiden AS Donald Trump akan berlakukan tarif baru impor barang China senilai USD 200 miliar. Ia mengancam akan menambah besaran nilai impor barang China untuk menekan Beijing sehingga mengubah praktik perdagangannya.

Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Larry Kudlow menuturkan, pemerintah AS siap berbicara dengan China mengenai sektor perdagangan ketika pemerintahan China “serius”. Sebelumya China mungkin akan menolak untuk mengadakan pembicaraan jika tarifnya diberlakukan.

"Pelaku pasar memiliki kekhawatiran lebih besar kalau AS dapat mengubah lebih banyak sanksi jika China kembali berjuang. Harga emas terus menunjukkan hampir tidak ada minat setiap perkembangannya. Pergerakan harganya sempit antara USD 1.189-USD 1.214," ujar Analis XM Broker, Markos Hadjikriacos.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.