Sukses

Terseret Lira dan Peso, Rupiah Terus Melemah ke 14.845 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.780 hingga 14.845 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan pada perdagangan Senin pekan ini. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah lebih dari 9 persen.

Mengutip Bloomberg, Selasa (4/9/2018), rupiah dibuka di angka 14.822 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.815 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.780 hingga 14.845 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 9,04 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.840 per dolar AS, melemah tinggi jika dibandingkan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.767 per dolar AS.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, rupiah merosot ke level terendah terhadap dolar sejak krisis keuangan Asia 1998 di tengah ketegangan dagang yang memburuk.

"Aksi jual lira Turki dan peso Argentina juga sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah," dia menjelaskan.

Gejolak di Turki dan Argentina memicu ketidakpastian, sehingga mata uang pasar berkembang dapat semakin melemah.

Walaupun Bank Indonesia menyatakan telah mengintervensi pasar valuta asing (valas) dan pasar obligasi, tekanan eksternal dalam bentuk ekspektasi kenaikan suku bunga AS dapat terus memperburuk situasi bagi rupiah.

BI mungkin terpaksa menaikkan suku bunga lagi guna berusaha menanggulangi depresiasi rupiah. "Kenaikan suku bunga mungkin dapat membantu rupiah, tapi juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Manufaktur Sektor yang Paling Terdampak Keterpurukan Rupiah

Sebelumnya, ekonom senior Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak besar pada sektor riil. Pada sektor ini, depresiasi memengaruhi tataran produksi dan investasi di Indonesia.

"Terutama di sektor-sektor manufaktur, yang banyak menggunakan bahan baku impor," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/9/2018).

Tak hanya dari proses produksi, Piter juga menekankan pada jumlah permintaan (demand) masyarakat di pasar. 

"Harga jual otomatis dinaikkan karena harga bahan baku sendiri naik, kemudian juga dari sisi demand menggerus daya beli. Makanya supply, produksi, dan demand terganggu, yang ujung-ujungnya membuat produsen cenderung menahan produksi," jelas dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, besarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) RI, membuat Indonesia cenderung rentan saat dihadapkan akan gejolak global. Ini yang kemudian membawa Argentina dan Turki menuju krisis.

"Kita itu current account-nya defisit, ini yang membuat Indonesia goyang. Negara dengan kecenderungan defisit akan fragile saat dihadapkan dengan shocked global," ungkap dia.

"Kita itu inflasinya bagus, pertumbuhan ekonominya bagus, dan penganggurannya bagus. Tapi selalu ada catatan merah, yaitu current account defisit. Negara dengan kecenderungan defisit ini selalu rentan akan sentimen eksternal," kata dia.

Oleh karena itu, dia menjelaskan, pasar merespons negatif atas iklim investasi Indonesia yang tak pasti.

"Karakter nilai tukar itu kan sangat bergantung pada confident market. Sekali pasar terganggu, nilai tukar melemah. Kalau melemah, banyak yang beli, dan jika telah banyak yang beli, makin melemah lagi nilai tukar ini," tegasnya.

Meski begitu, Piter mengungkapkan Bank Indonesia (BI) telah berupaya menjaga nilai tukar dengan melakukan intervensi pasar. "Ini yang kemudian dilakukan oleh BI, mengintervensi pasar supaya nilai tukar relatif terjaga," tutup dia.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah hari ini tercatat atau sudah menyentuh di posisi Rp 14.822.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.