Sukses

BPS: Inflasi April 2018 Sebesar 0,1 Persen

Inflasi pada April dipengaruhi oleh panen raya pada sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya beras.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi pada April 2018 sebesar 0,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Maret 2018 yang sebesar 0,2 persen namun lebih tinggi dibandingkan April 2017 yang sebesar 0,09 persen.

Untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,09 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,41 persen.

"Jika dibandingkan periode yang sama, pada April 2017 memang April ini sedikit lebih tinggi dibanding 2017 yang 0,09 persen. Sedangkan dibandingkan April 2016, mengalami deflasi sebesar -0,45 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Menurut dia, inflasi pada April ini dipengaruhi oleh panen raya pada sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya beras.

"Secara umum perkembangan harga konsumen pada April dipengaruhi oleh panen raya yang sebetulnya mulai bulan lalu sudah terlihat," kata dia.

Yunita menjelaskan, dari 82 kota IHK, sebanyak 54 kota mengalami inflasi. Sedangkan 28 kota mengalami deflasi.

"Inflasi tertinggi berada di Merauke sebesar 1,32 persen, inflasi terendah yaitu Padang dan Kudus sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi yaitu Tual -2,26 persen, dan deflasi terendah berada di Medan, Bandar Lampung dan Tegal sebesar -0,01 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi Ekonom

Ekonom memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 0,1-0,2 persen pada April 2018. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi sudah berdampak ke inflasi bulan keempat ini. 

"Inflasi di April ini diprediksi sebesar 0,2-0,23 persen (month to month/mom) atau 3,55 persen (year on year/yoy)," kata Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara.

Menurutnya, pendorong inflasi berasal dari kenaikan beberapa harga pangan (volatile food) menjelang puasa dan Lebaran. Secara musiman, sambung Bhima, tingginya permintaan jelang puasa dan Lebaran membuat harga pangan cenderung naik. Mengutip data PIHPS, dia bilang, sepanjang April, harga bawang merah naik 19,4 persen, daging ayam 5,21 persen, daging sapi 0,08 persen, telur ayam 7,1 persen, dan minyak goreng 0,4 persen.

"Pelemahan rupiah juga menyebabkan imported inflation. Harga bahan baku impor terutama untuk industri makanan minuman dan industri pakaian jadi naik," dia menerangkan.

Prediksinya, rupiah akan terus tertekan hingga akhir Lebaran dan dapat mencapai level Rp 14.200 per dolar AS sehingga untuk memitigasi kerugian kurs para pedagang besar mengimpor lebih cepat. Sebagian besar impor juga menggunakan kapal asing yang dibayar dengan dolar AS, sehingga biaya logistik menjadi lebih mahal.

"Sementara inflasi dari administered price cenderung stabil setelah adanya peraturan Kementerian ESDM terkait harga BBM nonsubsidi, meskipun harga minyak dunia tengah dalam tren naik," jelas Bhima. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.