Sukses

Lengser dari Dirut Pertamina, Ini Prestasi Dwi Soetjipto

Selama tiga tahun menjabat, banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Dwi Soetjipto.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sebagai pemegang saham pengendali PT Pertamina (Persero) memberhentikan Dwi Soetjipto dari posisi Direktur Utama Pertamina per Jumat (3/2/2017) ini. Pemberhentian tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar di Kantor Kementerian BUMN.

Deputi bidang usaha jasa keuangan, jasa survei dan konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan, keputusan itu diambil untuk mendorong Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia. "Kami melihat internal ada yang perlu ditingkatkan, perlu ada penyegaran. Maka dua jabatan ini mengalami perubahan," kata Gatot.

Dwi Soetjipto telah menjabat sebagai orang nomor satu di Pertamina selama kurang lebih tiga tahun. Di Pertamina, Dwi menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.

Selama tiga tahun menjabat, banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Dwi Soetjipto. Berikut ulasannya:

1. Pembubaran Petral

Pertamina telah menyelesaikan proses likuidasi Pertamina Energi Trading Limited (Petral) Group pada Februari 2016. Proses likuidasi tersebut lebih cepat dibandingkan target sebelumnya, yaitu pada Juni 2016. Petral Group terdiri dari Petral Hong Kong, Pertamina Energy Services Pte Ltd, dan Zambesi Investment Limited.

Keberadaan Petral digantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC). Dengan pembubaran Petral dan digantikan oleh ISC ini mampu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina. Terobosan lainnya adalah dengan pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan.

Keberadaan ISC sangat penting untuk membuka transparansi seluas-luasnya supaya banyak mitra terpilih yang ikut serta. Dengan demikian, ada perubahan yang signifikan berupa penghematan.

2. Peluncuran Pertalite

Awal 2016, Pertamina meluncurkan produk Bahan bakar minyak (BBM) baru dengan Ron 90 bertajuk Pertalite. Produk ini diluncurkan untuk mengurangi penggunaan Premium yang saat itu masih disubsidi pemerintah.

Produk ini terbukti jitu, setelah enam bulan diluncurkan, Pertamina mencatat penggunaan Premium menurun dastis. Konsumsi Premium yang biasanya di kisaran 75 ribu KL per hari langsung menjadi 68 ribu KL per hari.

Sampai saat ini, Pertalite menjadi produk yang banyak digunakan para penggunanya. Dengan Ron 90, kualitas Pertalite tidak jauh beda dengan Pertamax yang memiliki Ron 92.

3. Revitalisasi Kilang Minyak

Selama di Pertamina, Dwi Sotjipto berhasil memutuskan mengenai revitalisasi kilang minyak yang akan dimulai pada tahun ini. Setidaknya kilang yang akan direvitalisasi yaitu Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan dan Plaju.

Revitalisasi kilang minyak ini mencatat total investasi mencapai Rp 210 triliun, dan prosesnya sendiri ditargetkan rampung pada 2021. Dengan adanya revitalisasi ini nantinya produksi minyak Pertamina akan meningkat 150 persen.

4. BBM Satu Harga

Pada Oktober 2016, Presiden RI Joko Widodo menetapkan BBM Satu Harga di tanah Papua. Meski diluncurkan pada Oktober, namun kebijakan ini baru berlaku 1 Januari 2017.

Kebijakan ini dibuat untuk memberikan keadilan bagi masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terpencil, terluar dan terjauh. Selama ini, harga BBM di wilayah itu harganya sangat tinggi jika dibandingkan di Pulau Jawa.

Dwi mengaku, kebijakan satu harga ini Pertamina harus mensubsidi Rp 800 miliar per tahun. Namun demikian, demi menciptakan keadilan, anggaran itu tidak terlalu dipermasalahkan oleh Pertamina.

5. Kalahkan Laba Petronas

Perolehan laba Pertamina pada 2016 lebih besar dari BUMN migas milik Malaysia Petronas. Hal tersebut seiring langkah Pertamina melakukan efisiensi.

Dwi Soetjipto mengatakan, ‎nilai efisiensi yang bisa diraih Pertamina meningkat signifikan. Jika pada 2015 hanya US$ 800 juta, pada Novembr 2016 naik mencapai US$ 2,8 miliar. "Dalam dua tahun fokus dan bisa meningkatkan efisiensi. Tahun lalu US$ 800 juta, 2016 sampai November US$ 2,8 miliar," kata Dwi.

Dia melanjutkan, dampak dari langkah efisiensi itu mampu mendongkrak laba Pertamina yang di akhir tahun diperkirakan mencapai di atas Rp 40 triliun. Perolehan laba tersebut diklaim jauh lebih tinggi dari Petronas untuk pertamakalinya.

(Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.