Sukses

Harga Minyak Jatuh Setelah Keluar Pernyataan dari Ali Al-Naimi

Pasar minyak global telah mengalami kelebihan pasokan selama lebih dari satu setengah tahun.

Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) turun dalam pada penurunan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menyatakan bahwa pengurangan produksi kemungkinan besar tidak akan terjadi.

Mengutip Dow Jones Business News, Rabu (24/2/2016), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman April turun US$ 1,21 per atau 3,6 persen ke level US$ 32,18 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan ahrga global turun 91 sen atau 2,6 persen menjadi US$ 33,78 per barel di ICE Futures Europe.

Pada November 2014 lalu, negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC mengejutkan dunia saat memilih untuk tidak memangkas produksi meskipun permintaan melemah. Seharusnya OPEC bisa memangkas produksi untuk menjaga agar harga minyak tidak turun.

Sejak saat itu, produsen minyak besar termasuk Arab Saudi dan Rusia terus meningkatkan produksi untuk mempertahankan pangsa pasar dan membuat harga minyak terus tertekan ke harga paling rendah.

Pasar minyak global telah mengalami kelebihan pasokan selama lebih dari satu setengah tahun dan membuat harga minyak jatuh ke level terendah dalam 12 tahun terakhir.

Pada pekan lalu keadaan berbalik. Empat negara produsen minyak besar di dunia membuat sebuah kesepakatan awal yaitu akan membekukan produksi atau setidaknya tidak akan memproduksi lebih tinggi lagi pada tahun ini jika dibandingkan pada tahun lalu. Empat negara tersebut adalah Arab Saudi, Rusia, Venezuela dan Qatar.

Namun ternyata, baru saja Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi saat berbicara di depan para produsen minyak besar dunia mengatakan bahwa pemotongan produksi tidak akan terjadi.

"Tidak ada gunanya membuang-buang waktu meminta kami memotong produksi," jelasnya. Ia melanjutkan, pengurangan produksi akan terjadi jika memang persediaan minyak di sumur pengeboran telah menyusut.

Sesaat setelah pernyataan tersebut keluar harga minyak langsung turun tajam. Padahal sebelumnya, harga minyak sempat mengalami reli hingga ke atas level US$ 30 per barel dari sebelumnya yang selalu di bawah level tersebut.

"Harga minyak kemungkinan akan terus mengalami fluktuasi yang tinggi sampai ada indikasi yang jelas bahwa pasokan memang benar-benar turun," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Selama ini yang mendorong kenaikan harga minyak masih sebatas harapan bahwa persediaan telah dibatasi atau permintaan telah mengalami kenaikan. (Gdn/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.