Sukses

Produksi Minyak Terendah Saat Geopolitik Global Memanas, SKK Migas Diminta Bekerja Maksimal

Produksi minyak di Indonesia terus menurun, bahkan terendah sejak 56 tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar, menyesalkan terus menurunnya produksi minyak di Indonesia, bahkan terendah sejak 56 tahun. Di mana secara year to date sampai dengan 15 April 2024 hanya mencapai 576.000 barel per hari. 

"Terus menurunnya produksi minyak hingga menyentun 576.000 barel per hari itu, sangat jauh dari permintaan minyak mentah Indonesia yang mencapai hingga 1,5 juta barel per hari," katanya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2024).

Gunhar menambahkan, meningkatnya produksi minyak saat ini sangat penting bagi Indonesia. Mengingat memanasnya siatuasi geopolitik dunia, menyusul konflik Iran dan Israel, diperkirakan akan menaikan harga minyak dunia.

"Ketika produksi minyak menurun, maka Indonesia makin membutuhkan impor minyak dari luar negeri. Sehingga akan menambah beban APBN, akibat naiknya harga minyak dunia, menyusul konflik Iran dan Israel," katanya.

Konflik Iran-Israel menurutnya, akan membuat harga minyak dunia meroket, mengingat Iran merupakan negara penghasil minyak mentah terbesar ketujuh di dunia. Terjadinya konflik itu, akan mengagnggu distribusi minyak mentah dunia, dan menimbulkan kekenaikan harga minyak dunia.

"Sekarang saja harga minyak dunia sudah mendekati USD 90 per barel. Hal ini tentu akan membebani APBN, ditambah lagi anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Bisa jadi, Indonesia mengalami krisis energi dan Keuangan negara sekaligus," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bekerja Maksimal

Tren penurunan produksi minyak saat ini, menurut Gunhar, harus segera diatasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Gunhar pun meminta SKK Migas segera bekerja maksimal menaikan kembali produksi minyak Indonesia, agar beban keuangan negara akibat meningkatnya impor dapat berkurang.

"Apalagi pemerintah sudah mematok target 1 juta barel per hari pada 2030 mendatang. Maka saat ini seharusnya tren produksi sudah mulai naik. Bukan malah turun, karena kenaikan produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari butuh waktu," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini