Sukses

Tekan Inflasi, TPID Jawa Tengah Perkuat Koordinasi

Inflasi Jawa Tengah 2014 tercatat 8,22 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan 2013 sebesar 8,06 persen (yoy).

Liputan6.com, Semarang - Tingginya angka inflasi yang terjadi di Jawa Tengah selama 2014, dikhawatirkan akan terulang kembali pada tahun 2015. Untuk menekan tingginya inflasi tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia (BI) mencoba memperkuat koordinasi antardaerah.

Menurut Wakil Ketua TPID Jawa Tengah, Iskandar Simorangkir, koordinasi difokuskan pada penyediaan kebutuhan penyumbang inflasi terbesar. Salah satunya menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan strategis.

"Berdasar pengalaman yang sudah-sudah, penyumbang inflasi terbesar adalah kebutuhan pokok masyarakat," kata Iskandar, Senin (2/2/2015).

Ditambahkan, TPID akan mengajak Bulog untuk mengamankan stok bahan pangan strategis yang biasa menyumbang inflasi. TPID juga menemukan bahwa persoalan gangguan distribusi ikut menyumbang inflasi, karenanya TPID mewaspadai jangan sampai yang terjadi pada 2014 terulang pada 2015.

Sepanjang 2014, tekanan akibat penyesuaian harga oleh pemerintah menjadi penyebab utama inflasi tinggi. Tekanan tersebut berasal dari kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga Elpiji 12 kg, serta kenaikan harga BBM bersubsidi.

Sedangkan faktor lain yang berasal dari masyarakat adalah perayaan hari raya keagamaan dan cuaca ekstrim, contohnya banjir, serta kemarau panjang yang berdampak pada penurunan hasil panen dan kendala distribusi bahan pangan.

Iskandar menjelaskan bahwa TPID merekomendasikan agar Pertamina mencanangkan program yang menjamin keamanan distribusi. Salah satunya menempatkan satu pangkalan di satu desa untuk meminimalkan kendala distribusi elpiji 3 kg.

"Semua akan sia-sia jika tak ada penerapan sanksi tegas terhadap pelanggaran- pelanggaran Peraturan Gubernur mengenai penurunan tarif angkutan penumpang kelas ekonomi. Jadi pelanggaraan tarif juga harus diberi sanksi tegas," kata Iskandar.

Inflasi Jawa Tengah 2014 tercatat 8,22 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan 2013 sebesar 8,06 persen (yoy). Namun, realisasi inflasi tersebut masih berada di bawah inflasi nasional yang mencapai 8,36 persen (yoy). (Edhie Prayitno Ige/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini