Sukses

Dicekik Bunga Tinggi, BNP2TKI Minta TKI Bisa Dapat KUR

BNP2TKI meminta agar pemerintah mengarahkan instrumen KUR tersebut masuk dalam biaya penempatan dan keberangkatan para TKI.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) meminta kepada pemerintah untuk mengalokasikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi para TKI yang akan berangkat ke luar negeri. Pasalnya pahlawan devisa ini harus menanggung beban biaya yang sangat besar demi mencari nafkah di negeri orang.

Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid mengungkapkan, TKI perlu merogoh kocek dalam untuk membiayai keberangkatannya bekerja di luar negeri. Jumlahnya tak tanggung-tanggung antara 10 sampai 11 kali gaji mereka.

"Kalau mau jadi TKI, beban biaya dan potongan yang harus ditanggung untuk ke Taiwan misalnya, perlu 10 sampai 11 kali gaji. Mulai dari biaya passpor, agency, bunga bank yang nilainya mencapai Rp 51 juta selama 3 tahun," terang dia di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Atas dasar itu, kata Nusron, pihaknya akan berjuang untuk merasionalisasikan biaya-biaya tersebut. Karena parahnya lagi, para TKI ini mendapatkan dana tersebut dari lembaga pembiayaan non bank yang bunganya mencekik pahlawan devisa ini.

"Ini lagi dirasionalisasi, karena salah satu komponen biaya paling besar biaya bunga dan provisi. Beban biaya menggunakan lembaga pembiayaan bukan bank yang bunganya sampai 30 persen flat setahun. Ini sangat tinggi," keluh dia.

Nusron berharap, BNP2TKI meminta agar pemerintah mengarahkan instrumen KUR tersebut masuk dalam biaya penempatan dan keberangkatan para TKI. Upaya ini akan meringankan beban TKI dalam bekerja. "Edan (gila) tidak 10 sampai 11 kali gaji kerja TKI hilang," imbuhnya.

Pemerintah hari ini tengah menggelar Rapat Koordinasi (rakor) KUR di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Anak Agung Ngurah Puspayoga, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, dan lainnya. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini