Hamas: Perundingan Gencatan Senjata Kembali ke Titik Awal

AS mengaku bekerja keras untuk menjaga Hamas dan Israel tetap terlibat dalam melanjutkan perundingan gencatan senjata, sekalipun hanya secara virtual.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Mei 2024, 07:02 WIB
Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina mengatakan pada 9 Mei 2024 sekitar 80.000 orang meninggalkan Rafah dalam tiga hari sejak Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza selatan. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Kairo - Hamas mengatakan pada hari Jumat (10/5/2024) bahwa upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza kembali mencapai titik awal setelah Israel menolak proposal mediator internasional.

Perundingan gencatan senjata di Kairo, Mesir, terhenti pada hari Kamis (9/5) tanpa kesepakatan. Padahal Hamas pada awal minggu ini menyatakan pihaknya menyetujui proposal yang diajukan mediator Qatar dan Mesir, yang dilaporkan sebelumnya telah diterima oleh Israel.

Namun, setelah Hamas menegaskan setuju, Israel mengatakan proposal tersebut mengandung unsur-unsur yang tidak dapat diterima.

"Penolakan Israel terhadap usulan mediator melalui amandemen yang dibuatnya mengembalikan keadaan ke titik awal," kata Hamas pada hari Jumat, seperti dilansir CNA, Minggu (12/5).

"Mengingat perilaku Benjamin Netanyahu dan penolakannya terhadap proposal mediator dan serangan terhadap Rafah serta pendudukan tempat penyeberangan tersebut, kami akan mengadakan konsultasi dengan para pemimpin faksi-faksi Palestina untuk meninjau ulang strategi negosiasi kami."

Pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya dalam pernyataannya kepada Al Araby TV menggarisbawahi, "Hamas tidak menangguhkan atau menarik diri dari perundingan; pendudukan (Israel) menentang usulan mediator."

Dalam perkembangan lainnya, PBB memperingatkan bahwa bantuan untuk Jalur Gaza bisa terhenti dalam beberapa hari setelah Israel mengambil kendali atas penyeberangan Rafah pada minggu ini.

 

 

2 dari 2 halaman

Desakan AS terhadap Israel

Sebelumnya diberitakan, Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina mengatakan pada 9 Mei 2024 sekitar 80.000 orang meninggalkan Rafah dalam tiga hari sejak Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza selatan. (Foto: AFP)

Meskipun ada tekanan besar dari Amerika Serikat (AS), Israel menekankan pihaknya akan melanjutkan serangan ke Kota Rafah, tempat lebih dari 1 juta pengungsi mencari perlindungan. Israel bersikeras mereka tidak bisa memenangkan perang tanpa menyerang Rafah untuk membasmi Hamas.

Tank-tank Israel telah menguasai jalan utama yang memisahkan bagian timur dan barat Rafah, yang secara efektif mengepung bagian timur kota tersebut dalam sebuah serangan yang menyebabkan AS menunda pengiriman sejumlah bantuan militer.

Gedung Putih menuturkan bahwa pihaknya mengawasi dengan penuh keprihatinan, namun operasi Israel disebut dilokalisasi di sekitar penyeberangan Rafah yang ditutup dan tidak mencerminkan invasi skala besar.

"Sekali lagi, kami mendesak Israel untuk segera membuka penyeberangan itu demi bantuan kemanusiaan," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby.

Kirby mengaku berakhirnya perundingan – yang dimediasi oleh Direktur CIA William Burns – sangat disesalkan, namun AS yakin perbedaan pendapat tersebut dapat diatasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya