Curhat Bek Manchester United Raphael Varane Melawan Gegar Otak, Bermain Mempertaruhkan Keselamatan

Pemain bertahan Manchester United Raphael Varane mengungkapkan perjuangannya menghadapi cedera gegar otak yang memaksanya absen dalam beberapa pertandingan musim ini.

oleh Rossa Izza Amalia diperbarui 04 Apr 2024, 17:30 WIB
Bek tengah Manchester United Raphael Varane. (Lindsey Parnaby / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemain bertahan Manchester United Raphael Varane mengungkapkan perjuangannya menghadapi cedera gegar otak yang memaksanya absen dalam beberapa pertandingan musim ini. Meskipun telah menapaki karier sepak bola Eropa selama lebih dari satu dekade, di balik gemerlap sorotan lapangan hijau, tersimpan kisah yang jarang terungkap.

Raphael Varane dengan jujur ​​mengakui bahwa sejak menerima hantaman keras di kepalanya pada Piala Dunia 2014, ia telah terus mempertaruhkan kesehatannya. Gejala yang ia alami akhirnya memaksa dirinya untuk menarik diri dari sejumlah pertandingan bersama Manchester United musim ini.

Dalam wawancara dengan L’Equipe, Varane menceritakan bagaimana serangkaian sundulan dalam pertandingan membuatnya merasakan kelelahan yang tidak wajar dan gangguan penglihatan.

"Menghadapi tantangan ini, saya melaporkannya kepada staf dan mereka dengan tegas menyarankan agar saya tidak bermain. Saya menjalani serangkaian tes medis, dan hasilnya memaksakan saya untuk absen dari pertandingan," ungkap Varane.

 

2 dari 3 halaman

Memahami Risiko Gegar Otak di Sepak Bola

Erik ten Hag mempercayakan Raphael Varane mengisi pos bertahan Manchester United bersama Lisandro Martinez. Kontribusinya cukup memuaskan dengan membuat 2,4 tekel sukses dan 4,8 sapuan per laga. Ia juga mampu memenangkan 2 duel udara per laga. Raphael Varane mendapatkan rating sebesar 6,84 oleh Whoscored. (AFP/Oli Scarff)

Varane, yang telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bek bertahan terbaik di dunia, tidak bisa mengabaikan risiko serius yang terkait dengan gegar otak. Pentingnya kesadaran akan cedera otak semakin terasa ketika Varane mempertimbangkan risiko yang dihadapinya.

"Ketika Anda mengetahui bahwa gegar otak berulang berpotensi menimbulkan dampak fatal, Anda mengatakan pada diri sendiri bahwa segala sesuatunya bisa menjadi sangat buruk," katanya.

“Pertandingan berjalan buruk bagi saya dan, jika dipikir-pikir, saya menyadari bahwa hal itu terkait dengan keterkejutan yang saya derita,” ungkap Varane.

Kesadaran akan bahaya gegar otak mendorong Varane untuk membuat keputusan sulit, bahkan jika itu berarti melewatkan pertandingan penting. Dalam sebuah pertandingan melawan Manchester City pada Juli 2020, kesalahan fatal yang membuatnya terjatuh sebagian besar dipicu oleh gegar otak yang diderita seminggu sebelumnya.

3 dari 3 halaman

Pentingnya Perlindungan dari Cedera Otak di Sepak Bola

Raphael Varane merupakan pemain yang baru didatangkan MU pada musim ini. Penampilannya cukup stabil di saat rekan duetnya Harry Maguire tampil buruk di jantung pertahanan. Ia mampu tampil cukup stabil meski sempat diganggu cedera pada awal musim. (AFP/Lindsey Parnaby)

Varane bukanlah satu-satunya pemain yang berjuang dengan cedera otak dalam dunia sepak bola. Kasus-kasus seperti ini menyoroti betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan cedera otak di antara para pemain. Ini adalah panggilan bagi staf medis dan manajemen klub untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan pemain menjadi prioritas utama.

Pengalaman Varane mengingatkan publik bahwa kesehatan pemain harus ditempatkan di atas segalanya. Pemain tidak boleh dipaksa untuk melewati gejala atau meremehkan cedera otak hanya untuk tetap berada di lapangan.

Dengan lebih banyak pemahaman dan kesadaran tentang dampak gegar otak, diharapkan langkah-langkah lebih lanjut dapat diambil untuk melindungi para pemain dan meminimalkan risiko cedera serius dalam olahraga sepak bola.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya