Jalan Menuju Pulang, Abuya Arrazy Bahas Akhir Zaman dan Alam Keabadian

Abuya menjelaskan Akhir Zaman dan Alam Keabadian yang sudah dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW.

oleh Aslam Mahfuz diperbarui 31 Mar 2024, 12:30 WIB
Penceramah, Abuya Arrazy Hasyim (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Banjar - Abuya Dr Arrazy Hasyim, penceramah kondang kembali memberikan tausiah di bumi Banua, Kalimantan Selatan (Kalsel), tepatnya di bumi Sholawat Desa Kiram Kabupaten Banjar, Rabu (27/03/2024). Kehadirannya merupakan yang kesekian kalinya memberikan pencerahan keagamaan yang dijuluki dengan "Jalan Menuju Pulang 10", dengan penjelasan Akhir Zaman dan Alam Keabadian.

Pengasuh Ribath Nouraniyah, Lembaga Kajian Turats, Ilmu Akidah, Tasawuf dan Amaliah zikir yang berpusat di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten itu sebelumnya dijadwalkan untuk mengisi tausiah Malam Salawatan Bulanan pada Senin, tanggal 25 Maret 2024. Dikarenakan sang istri masuk rumah sakit, sehingga diundur dua hari kemudian.

Abuya menjelaskan Akhir Zaman dan Alam Keabadian ini sudah dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW. Zaman sekarang, sudah banyak ulama yang wafat, sudah banyak ulama yang menulis terkait dengan akhir zaman. Salah satunya ulama besar Kalsel, yakni Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang lebih dikenal dengan Datu Kelampayan.

"Datu Kelampaian pernah menulis satu kitab tentang imam di akhir zaman yaitu imam Al Mahdi, beliaulah (Datu Kelampayan) satu-satunya ulama di nusantara yang menulis lengkap tentang Imam Mahdi, untuk beliau, zuriat-zuriatnya, ulama-ulama di tanah Banua dan di nusantara kita kirimkan suratul Fatihah," sebutnya, seraya bersama jemaah membacakan surah Al Fatihah.

Kemudian Ia mengatakan, jika Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan akhir zaman itu, seperti 'aku' dan 'kiamat', seperti dua jari yang berdekatan dan menempel. Kedua jari ini Ia sebutkan 'dekat',  tapi dekat dalam pandangan Nabi Muhammad SAW itu dekat pandangannya kepada Allah SWT.

"Kami memandangnya dekat, tetapi engkau memandangnya jauh, itu sebabnya semua orang selalu mengatakan kiamat masih jauh, hampir semua manusia mengatakan itu, kiamat masih lama, itu tandanya mereka Tulul Amal, angan-angan," sebut Abuya.

Dijelaskan, ciri-ciri orang panjang angan-angan, dia mengatakan kiamat masih panjang, masih lama, jadi hindari mulai malam ini jangan katakan itu, cukup katakan seperti yang baginda Rasulullah SAW, dikatakan apa yang beliau katakan, 'aku' dan 'kiamat' sangatlah 'dekat' seperti dua jari.

Sehingga dengan ini, Ia mengajak kepada jemaah jika ini bukan maksud menakut-nakuti, tapi justru bagi para kekasihnya ini adalah kabar gembira, karena waktu untuk bertemunya semakin dekat. Diumpamakan, kalau kita punya orang yang dikasihi ingin bertemu dengannya, semakin dekat waktunya semakin lah ada rasa senang.

"Maka ketika Nabi Muhammad SAW mengatakan aku dan kiamat itu dekat, maka ada satu pelajaran yang  mulai dari waktu, ibarat busur kalau sudah lepas tidak balik lagi, satu detik yang barusan tidak pernah balik," ujar Abuya.

Demikianlah kalimat-kalimat yang disebutkan untuk gambaran waktu, salah satunya yang tadi itu kalam Imam Syafi'i dari Sufi. Sebagaimana kata imam-imam terdahulu 'alwaktu saifun', 'waktu itu pedang', itu bukan perkata Melayu bukan pepatah orang Banjar bukan pepatah orang Jawa, menurutnya itu kalimat hikmah kemakrifatan yang diajarkan seorang Sufi kepada muridnya bernama Muhammad bin Idris Asy Syafi'i, jadi imam Syafi'i murid seorang Sufi.

"Kalimat keduanya, jika engkau tidak menggunakannya (waktu) dengan baik, memukul dengannya, memotong dengannya, berperang menggunakannya maka engkau akan dipotongnya, engkau akan dilukainya dan banyaklah orang yang ditusuk oleh waktu yang dilukai oleh waktu," terangnya.

Sedangkan pengertian lainnya mengenai waktu, Abuya menyebutkan, itu merupakan nafas manusia yang naik dan turun, bukan detik, menit, jam dan seterusnya. Bukan, waktu itu nafas naik dan nafas turun, itu disebut waktu, sang waktu, sang masa.

"Suatu ketikan para sahabat mengatakan, waktu ini, jam ini, masa ini masa sial, apa kata baginda Nabi Muhammad SAW, Allah berfirman, dalam hadist kudsi hadist sahih, : la tasubbu ddahar fainna llaha hua ddahar," sebutnya.

Yang artinya, dan Allah mengatakan akulah sang waktu itu, maka jangan pernah mengumpat waktu, oleh karenanya antara ahli falak dan ahli nujum dan ahli tasauf terjadi perbedaan mazhab dan adab. Bagi ahli falak dan nujum ada waktu yang dinamakan nahas, ada waktu sial, waktu kurang baik, namun bagi sufi semua waktu tergantung persepsimu kepada Allah SWT.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya