Pernah Jadi Mahasiswa Termuda di China, Pria Ini Kini Pilih Jadi Pengangguran dan Habiskan Uang Orang Tua

Zhang pernah menjadi mahasiswa termuda di usia 10 tahun, ketika ia diterima di Universitas Teknologi dan Pendidikan Tianjin.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Des 2023, 20:40 WIB
Pria di China yang pernah menjadi mahasiswa di usia 10 tahun kini justru memilih jadi pengangguran. (Tangkapan layar Youtube ChinaTruths)

Liputan6.com, Beijing - Seorang mantan siswa berprestasi di China kini memilih untuk menjadi pengangguran dan hanya bergantung pada uang orang tuanya. Padahal, ia pernah menjadi mahasiswa di usianya yang masih 10 tahun dan sudah menjadi kandidat PhD bidang Matematia Terapan di usia 16 tahun.

Dilansir Oddity Central, Jumat (15/12/2023), kecerdasan Zhang Xinyang memang tidak perlu diragukan lagi sejak kecil. Saat ia masih berusia dua setengah tahun, ia sudah mempelajari lebih dari seribu karakter Mandarin dalam waktu tiga bulan. Bahkan ketika usianya masih empat tahun, Zhang sudah duduk di bangku sekolah dasar.

Lahir dari keluarga sederhana, Zhang dibimbing belajar langsung oleh ayahnya dan berhasil melakukan akselerasi karena kecerdasannya.

Ketika ia berusia enam tahun, ia sudah duduk di bangku kelas lima SD dan di usia sembilan tahun sudah duduk di kelas 3 SMA.

Zhang kemudian menjadi mahasiswa termuda di usia 10 tahun, ketika ia diterima di Universitas Teknologi dan Pendidikan Tianjin.

Kejeniusannya memang mengejutkan semua orang, namun seiring pertumbuhannya, sikapnya mulai berubah.

Pada usia 13 tahun, Zhang memulai program Master di Beijing, dan ketika sebagian besar anak berusia 16 tahun lainnya sedang mempertimbangkan universitas mana yang akan mereka tuju, Zhang sudah mengejar gelar Ph.D. dalam Matematika Terapan dan diwawancarai sejumlah media besar.

 

2 dari 4 halaman

Seketika Semuanya Berubah

Ilustrasi ruang kelas, mengajar, guru. (Foto oleh RDNE Stock project: https://www.pexels.com/id-id/foto/sekolah-anak-kecil-siswa-belajar-8500673/)

Seiring berjalannya waktu, pemberitaan media tidak sepositif dulu.

Baru sebulan menjalani tugasnya di Universitas Aeronautika dan Astronautika Beijing (BUAA) sebagai mahasiswa PhD, ia kemudian memberikan ultimatum kepada orang tuanya. Ia meminta orang tuanya membelikan apartemen di Beijing, dan jika tidak dituruti, ia akan berhenti sekolah.

"Orang tua saya ingin saya tinggal di Beijing. Namun, jika saya tidak mempunyai rumah sendiri di sini, saya akan menjadi seperti gelandangan," katanya.

"Kalau saya seperti mereka, lalu mengapa orang tua saya menginginkan saya mendapatkan gelar Doktor?" kata Zhang ketika itu.

Ia juga mengatakan bahwa orang tuanya bertanggung jawab sepenuhnya untuk memfasilitasi hidupnya dengan baik.

3 dari 4 halaman

Harapan Orang Tuanya

Ilustrasi membaca buku, belajar spoof text. (Photo created by jcomp on www.freepik.com)

Orang tua Zhang berusaha keras untuk membuatnya tetap bersekolah, hingga akhirnya permintaannya hampir mustahil untuk dipenuhi. Meski begitu, mereka tidak pernah membayangkan jika Zhang berhenti sekolah di tengah pencapaiannya dalam banyak hal.

Maka dari itu, mereka menyewa sebuah apartemen di Beijing dan mengatakan bahwa mereka telah membelinya.

Ayah Zhang juga merupakan anak berbakat dan bisa saja menjadi mahasiswa generasi pertama program MBA di Universitas Renmin, namun keluarganya tidak mampu untuk membiayainya. Maka dari itu, dia berharap putranya akan mencapai hal yang tidak bisa didapatnya dulu.

4 dari 4 halaman

Dikritik Publik

Ilustrasi Islami, muslim, membaca, belajar, hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/liburan-agama-membaca-budaya-7957073/)

Saat itu, sikap Zhang Xinyang dikritik oleh publik, namun hal itu tampaknya tidak mempengaruhi dirinya. Malahan, dia berbalik menyalahkan orang tuanya.

"Orang tua saya melahirkan saya dan memaksakan impian mereka kepada saya, berharap suatu hari nanti saya akan mencapai apa yang mereka ingin capai di masa lalu," katanya saat masih berusia 16 tahun.

"Mereka merencanakan hidup saya, mencoba membuat saya berpikir bahwa apa yang mereka tuntut untuk saya lakukan adalah apa yang ingin saya lakukan."

Orang tua Zhang kadang-kadang menyatakan penyesalannya karena telah memaksanya terlalu keras, namun mereka berharap kesuksesannya akan membenarkan tindakan mereka. Namun, harapan mereka justru tidak berjalan sesuai rencana.

Saat ini, di usianya yang ke 28 tahun, Zhang bukanlah pria yang paling diharapkan kedua orang tuanya. Dia masih tinggal di apartemen di Beijing yang disewanya bertahun-tahun yang lalu dan mereka terus menanggung biaya sewanya.

Zhang juga tidak memiliki pekerjaan dan menghabiskan sebagian besar waktunya duduk-duduk tanpa melakukan apa pun.

Dia percaya cara hidup sederhana ini adalah ekspresi kebahagiaan yang sebenarnya dan dia puas dengan mengandalkan orang tuanya dan pekerjaan sampingan untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Mereka berhutang budi padaku," kata Zhang baru-baru ini tentang orang tuanya.

"Apartemen yang tidak pernah mereka belikan untuk saya seharusnya bernilai lebih dari 10 juta yuan sekarang."

Kisah Zhang Xinyang telah tersebar di media sosial setempat. Beberapa orang mengkritiknya karena kesombongan dan kurangnya rasa hormat terhadap orang tuanya, sementara yang lain menyebut kasusnya sebagai sebuah kisah peringatan bagi orang tua yang terlalu memaksakan anak-anak mereka padahal mereka seharusnya membiarkan anak-anak menikmati masa kecilnya.

Infografis Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Zona Hijau Dibuka Kembali. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya