Saat Kekhawatiran OJK Tahun Lalu Jadi Kenyataan pada 2023

OJK menyebutkan, ketidakpastian yang ditakutkan pada tahun lalu dan terjadi pada 2023 antara lain, disrupsi kepada supply chain global dan sistem logistik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Nov 2023, 15:17 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan terdapat sejumlah ketakutan dan kekhawatiran pada tahun lalu yang akhirnya terjadi pada 2023. (Arief/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan terdapat sejumlah ketakutan dan kekhawatiran pada tahun lalu yang akhirnya terjadi pada 2023. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kekhawatiran tahun lalu akhirnya benar-benar terjadi pada tahun ini. Lantaran, kejadian tersebut berlangsung di tengah kebangkitan dari kondisi pandemi Covid-19. 

"Kalau kata kunci tentu kita ingin tetap growth, tapi tahun lalu kita baru rebound dari krisis pandemi yang tentu terburuk selama satu abad dan mencari bentuk bagaimana membangun dan menjaga pertumbuhan, di satu sisi rebound dari dampak pandemi, di lain sisi adalah kondisi global yang tidak pasti dan ternyata apa yang kita khawatirkan pada tahun lalu itu konfirm terjadi,” kata Mahendra dalam acara CEO Networking 2023, Selasa (7/11/2023).

Menurut ia, ketidakpastian yang ditakutkan pada tahun lalu dan terjadi pada 2023 antara lain, disrupsi kepada supply chain global dan sistem logistik. 

Selain itu, ketidakpastian global lainnya seperti agresivitas normalisasi kebijakan bank sentral AS atau the Fed yang menyebabkan inflasi tinggi serta pengetatan likuiditas.

"Normalisasi kebijakan the Fed yang memicu inflasi tinggi dan pengetatan likuiditas, sekarang temannya higher for longers, longers-nya plural lagi, biasanya longer karena segala variasi dan probabilitas,” imbuhnya.

Kemudian, ia mengatakan, lesunya perekonomian negara maju ke arah resesi. Kejadian tersebut pun terbukti di negara maju kawasan Eropa. 

2 dari 4 halaman

Indonesia Telah Siapkan Diri

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Ja​sa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (9/5/2023). (Dok OJK)

Dengan demikian, Mahendra menuturkan, apa yang dibahas tahun lalu dengan segala dinamika yang luar biasa sepanjang 2023 rupanya tidak meleset alias sesuai.

"Walaupun sayangnya kalau tidak meleset sebagai forecaster hal yang baik, sayangnya hal-hal yang diramalkan hal yang tidak baik dan konfirm semua terjadi,” kata dia.

Namun, paling tidak Indonesia telah menyiapkan diri dalam menghadapi kondisi ketidakpastian yang diramalkan pada tahun lalu.

"Kalau kita antisipasi dengan baik kita tidak akan mengalami surprise apalagi shock, justru kita menyiapkan diri untuk antisipasi dan melakukan langkah-langkah yang menjadi tugas kita dalam kontrol dan kewenangan kita,” tandas dia.

 

3 dari 4 halaman

OJK Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Persen pada 2023

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 mencapai 4,94 persen secara year on year (yoy). Terkait hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga di kisaran 5 persen. 

"Berdasarkan perkiraan-perkiraan dari berbagai lembaga multilateral bahwa Indonesia bukan hanya tahun ini tahun depan pun tetap bisa menjaga pertumbuhan 5 persen," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam acara CEO Networking 2023, Selasa (7/11/2023). 

Meski begitu, ia melihat kondisi global pada masa mendatang tidak lebih cerah dari 2022. Sehingga, Indonesia harus mampu menjaga kinerja perekonomiannya agar tetap solid. 

"Tapi yang harus dijaga adalah kinerja perekonomiannya, aktivitas ekonomi kita, langkah kita untuk melakukan perbaikan dan kemudian menjalankan agenda utama kita reformasi itu berjalan dengan baik," kata dia.

Ia menegaskan, dengan melakukan semua hal itu Indonesia bisa menjaga apa yang diharapkan pada saat ini maupun 2024 mendatang. 

Dia bilang, pencapaian dari pertumbuhan ekonomi domestik ini mencerminkan bahwa Indonesia mampu bertahan menghadapi kondisi ketidakpastian global, misalnya disrupsi kepada gangguan global supply chain dan sistem logistik. 

Selain itu, ketidakpastian global lainnya seperti agresivitas normalisasi kebijakan bank sentral AS atau the Fed yang menyebabkan inflasi tinggi serta pengetatan likuiditas dan lesunya perekonomian negara maju ke arah resesi.

"Normalisasi kebijakan the Fed yang memicu inflasi tinggi dan pengetatan likuiditas, sekarang temannya higher for longers," katanya. 

4 dari 4 halaman

Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,94 Persen di Kuartal III-2023, Ini Penyebabnya

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 mencapai 4,94 persen secara year on year (yoy).

"Triwulan III-2023 atau secara year on year ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal II-223, Senin (6/11/2023).

Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023 bila dibandingkan dengan triwulan II-2023 atau selama Q to Q tumbuh sebesar 1, 60 persen.

Amalia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian global, terjadinya perubahan iklim dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan.

"Resiliensi ekonomi Indonesia kembali tercermin melalui pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen dan secara kumulatif Indonesia ekonominya tumbuh sebesar 5,05 persen (c to c)," ujarnya.Sementara itu, ekonomi Indonesia bila dihitung berdasarkan PDB pada kuartal III-2023 atas dasar harga berlaku sebesar mencapai Rp 5.296 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp 3.124,9 triliun.

"Berdasarkan besaran produk domestik bruto atau PDB pada triwulan III- 2023 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 5.296 triliun, atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.124,9 triliun," ujarnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya