BEI Ungkap Rencana IPO BUMN hingga Akhir 2023

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, saat ini ada 35 perusahaan di pipeline yang sampaikan dokumen IPO.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 08 Agu 2023, 13:51 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara soal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara soal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). 

Terkait hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya belum menerima dokumen dari perusahaan BUMN maupun anak usahanya yang akan IPO.

"35 di pipeline perusahaan sudah menyampaikan dokumen dan kita sedang proses evaluasi. Sampai saat ini, kita sudah lihat saat ini belum ada BUMN," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Selasa (8/8/2023).

Nyoman juga mengaku, pihaknya telah melakukan diskusi dengan Kementerian BUMN. "Kami aktif komunikasi dengan Kementerian BUMN," kata dia.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana mengatakan, hingga akhir tahun ini belum ada BUMN yang akan melantai di pasar modal. Sebab, Mandiri Sekuritas tengah melakukan diskusi soal hal tersebut.

"Belum ada, nanti lagi didiskusiin dulu saya belum bisa bicara," kata Oki.

Selain itu, Oki juga belum bisa menjabarkan soal rencana IPO BUMN pada masa mendatang. Bahkan, Oki juga enggan menjawab soal IPO jumbo yang akan diboyong Mandiri Sekuritas hingga akhir tahun ini.

"Belum ada komentar dulu, masih dipertimbangkan dulu ya," imbuhnya.

Adapun Nyoman menjelaskan, IPO jumbo itu salah satunya dilihat dari sisi aset. Jadi, untuk menilai jumbo atau tidaknya perlu dilihat dari berbagai aspek. 

"Saya sampaikan dua sisi, dari sisi aset karena memang sizing itu berdasarkan aset sesuai dengan POJK, nanti fundraise saya akan sampaikan kategorinya berapa triliun itu saya akan sampaikan jadi jumbo dilihat dari beberapa sisi ya. Karena aset itu menentukan nanti bagaimana profit nanti akan diperoleh jadi dua hal yang tidak terpisah," kata dia.

2 dari 4 halaman

BEI Masih Kaji Peluang IPO BUMN

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara soal perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). 

Terkait hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya akan mengecek ulang soal perusahaan BUMN yang akan IPO.

"Ya nanti saya cek lagi ya kalau BUMN. Ya BUMN tentu kami harapkan banget," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Rabu (2/8/2023). 

Di sisi lain, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana mengatakan, hingga akhir tahun ini belum ada BUMN yang akan melantai di pasar modal. Sebab, Mandiri Sekuritas tengah melakukan diskusi soal hal tersebut.

"Belum ada, nanti lagi didiskusiin dulu saya belum bisa bicara," kata Oki.

Selain itu, Oki juga belum bisa menjabarkan soal rencana IPO BUMN pada masa mendatang. Bahkan, Oki juga enggan menjawab soal IPO jumbo yang akan diboyong Mandiri Sekuritas hingga akhir tahun ini.

"Belum ada komentar dulu, masih dipertimbangkan dulu ya," imbuhnya.

Adapun Nyoman menjelaskan, IPO jumbo itu salah satunya dilihat dari sisi aset. Jadi, untuk menilai jumbo atau tidaknya perlu dilihat dari berbagai aspek. 

"Saya sampaikan dua sisi, dari sisi aset karena memang sizing itu berdasarkan aset sesuai dengan POJK, nanti fundraise saya akan sampaikan kategorinya berapa triliun itu saya akan sampaikan jadi jumbo dilihat dari beberapa sisi ya. Karena aset itu menentukan nanti bagaimana profit nanti akan diperoleh jadi dua hal yang tidak terpisah," kata dia.

 

3 dari 4 halaman

OJK: Pasar Modal Himpun Dana Rp 154,13 Triliun hingga Juni 2023

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal pada Juni masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp154,13 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 43 emiten. 

"Di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp69,91 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan," kata Inarno dalam RDKB OJK, Selasa (4/7/2023).

Sedangkan untuk penghimpunan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 27 Juni 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 419 Penerbit, 156.155 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 896,80 miliar. 

Selain itu, ia menyebut, di tengah pasar keuangan global yang bergerak mixed, pasar saham pada Juni 2023 menguat sebesar 0,43 persen mtd ke level 6.661,88 (Mei 2023 melemah 4,08 persen mtd ke level 6.633,26), meski non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp4,38 triliun mtd (Mei 2023 inflow Rp1,67 triliun mtd). 

Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terbesar dicatatkan oleh saham di sektor transportasi dan logistik dan keuangan. Secara ytd, IHSG tercatat melemah sebesar 2,76 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp16,21 triliun (Mei 2023 net buy sebesar 20,58 triliun ytd).

 

4 dari 4 halaman

Pasar Obligasi

Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,96 persen mtd dan 6,48 persen ytd ke level 367,12 (Mei 2023 menguat 1,91 persen mtd dan 5,46 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp22,85 miliar (mtd), namun secara ytd masih tercatat outflow Rp637,86 miliar (ytd).

Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan dana masuk investor asing. Hingga 27 Juni 2023, non-resident mencatatkan inflow yang cukup signifikan sebesar Rp17,53 triliun mtd (Mei 2023 inflow Rp6,67 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 1,32 bps mtd di seluruh tenor. 

"Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 7,55 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp84,70 triliun ytd," kata dia.

Di industri reksa dana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 26 Juni 2023 tercatat sebesar Rp511,05 triliun atau naik 1,26 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp3,40 triliun (mtd). Secara ytd, NAB meningkat 1,23 persen dan tercatat net subscription sebesar Rp0,75 triliun. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya