Waspada, Terjadi Peningkatan Kasus Rabies di Indonesia

Kasus rabies di Indonesia pada beberapa pekan terakhir menjadi sorotan masyarakat. Jumlah kasus kematian yang disebabkan oleh rabies juga ada peningkatan.

oleh Ika Defianti diperbarui 08 Jul 2023, 08:05 WIB
Petugas menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing peliharaan warga di kelurahan Bukit Duri, Jakarta, Selasa (24/8/2021). Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) memberikan vaksinasi rabies bagi hewan peliharaan warga untuk mengantisipasi penyakit rabies. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus rabies di Indonesia pada beberapa pekan terakhir menjadi sorotan masyarakat. Jumlah kasus kematian yang disebabkan penyakit ini juga ada peningkatan.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi menyatakan hingga akhir Juni 2023 kasus kematian akibat rabies mencapai 53 kasus yang terjadi di beberapa daerah. Sedangkan pada tahun 2022 total mencapai 102 kasus kematian.

"Perlu perhatian khusus, karena terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya," kata Imran kepada Liputan6.com.

Imran menuturkan, ada beberapa daerah yang menjadi fokus terkait adanya peningkatan kasus rabies. Salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Imran menyebut adanya perbedaan antara Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Untuk Sikka telah dinyatakan sebagai endemi atau sudah terjadi kasus rabies dari beberapa tahun terakhir. 

Peningkatan kasus rabies pada tahun 2023 dan telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Kalau yang di Timor Tengah Selatan tidak ditemukan kasus rabies makanya perlu dilakukan hal-hal yang sifatnya affirmative action. Timor Tengah Selatan perlu mendapat perhatian khusus. Masyarakat sana tidak tahu rabies seperti apa," ucapnya.

Sehingga ketika ada kejadian orang digigit anjing akan dianggap sebagai kejadian yang biasa. Sedangkan kasus kematian di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak empat orang.

Hal tersebut kata dia, disebabkan karena masyarakat terlambat mencari pertolongan. Karena itu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait gigitan hewan sekecil apapun berbahaya harus ditingkatkan.

Imran juga meminta kepada masyarakat untuk segera membawa korban gigitan hewan menuju fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. "Mereka juga harus paham bahwa anjing-anjing peliharaan harus divaksin rabies, karena dengan vaksin rabies mereka bisa mencegah anjing mereka terkena rabies," dia menjelaskan.

2 dari 2 halaman

Anjing Rabies Tipe Diam Berbahaya

Dokter hewan dari Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian Jakarta Selatan menyuntikkan vaksin antirabies kepada seekor anjing di Perumahan Bumi Karang Tengah, Jakarta Selatan, Selasa (21/9/2021). Kegiatan ini menargetkan Provinsi DKI Jakarta bebas rabies. (merdeka.com/Arie Basuki)

Anjing merupakan hewan yang masuk kategori penular utama rabies kepada manusia. Oleh sebab itu, ciri-ciri anjing yang terkena rabies merupakan hal yang penting diketahui agar dapat melindungi diri.

Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Dit. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Johanes Eko Kristiyadi, mengungkap beberapa ciri anjing yang telah terkena rabies. 

Eko menjelaskan, anjing rabies tak hanya ditunjukkan dengan keganasan. Sebaliknya, ada anjing rabies tipe diam atau tidak ganas.

“Yang pertama, ada anjing rabies tipe diam. Dia akan diam saja di tempat-tempat yang sunyi, gelap, tidak menimbulkan gejala-gejala ganas,” tuturnya dalam podcast YouTube Kemenkes RI, Kemencast, bertajuk ‘Yang Harus Kamu Tahu Untuk Cegah Anabul Kena Rabies’ yang diunggah pada Sabtu, (24/6/2023).

Meski tidak mencirikan keganasan, anjing rabies tipe diam justru berbahaya karena dapat tiba-tiba menggigit orang yang dilihatnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya