Perjalanan Kain Karawo Gorontalo, Sulaman yang Sempat Ingin Dihilangkan Pemerintah Belanda

Kain karawo juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Gorontalo.

oleh Tifani diperbarui 04 Mei 2023, 00:00 WIB
Kerajaan Mataram dalam Karnaval Karawo 2018 di lapangan Taruna Remaja, Kota Gorontalo, Sabtu (20/10). Agenda tahunan ini digelar untuk promosi dan peningkatan ekonomi perajin kain Karawo sebagai sulaman khas Gorontalo (Liputan6.com/Rahmad Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Kain karawo merupakan kain tradisional khas masyarakat Gorontalo. Tidak hanya sekadar kain, karawo menjadi bagian penting masyarakat Gorontalo.

Kain karawo mengandung nilai-nilai sejarah leluhur. Keberadaan kain tradisional ini melekat dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Dikutip dari laman kemenparekraf.go.id, kain karawo juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Gorontalo. Arti kata "karawo" dalam bahasa setempat adalah sulaman.

Kemudian, kain karawo diartikan sebagai “kain yang disulam”. Dalam sejarahnya, tradisi untuk menyulam kain karawo ini sudah ada sejak turun temurun.

Warisan pembuatan wastra ini diperkirakan sudah ada dari abad ke-17. Ada cerita unik terkait kain ini ketika zaman Belanda.

Tradisi menyulam kain karawo sempat hendak dihilangkan pemerintah Belanda. Namun secara diam-diam, masyarakat setempat tetap melestarikan sulaman kain karawo secara turun-temurun.

Kain Karawo merupakan produk seni budaya yang khas dari Gorontalo dan memiliki nilai seni yang tinggi karena pembuatannya dilakukan secara manual yang sangat rumit. Keterampilan dalam pembuatan seni karawo hanya dimiliki oleh kaum wanita yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman kerajaan di Gorontalo.

Karawo menggunakan berbagai motif yang berbeda dan menjadi kerajinan tangan andalan di daerah tersebut. Ornamen karawo pada bahan tekstil dibuat melalui proses desain, pengirisan, dan pencabutan serat tekstil untuk membuat bidang dasar dan penyulaman kembali serat tekstil untuk membentuk motif tertentu.

Teknik pembuatan karawo sering disebut "merusak" kain, karena si perajin harus mencabuti dan mengiris benang pada kain polos berdasarkan luas dan batas bidang yang akan disulam. Semua jenis kain dapat digunakan sebagai media karawo, terutama yang memiliki serat vertikal dan horizontal seperti katun, linen, sifon, sutra, dan lainnya.

Semakin halus kain yang digunakan, maka semakin sulit proses pembuatannya terutama dalam mengiris dan mengurai benang. Sebagai contoh, kain sutra.

Kain karawo digunakan dalam berbagai acara adat dan keagamaan di Gorontalo. Hal ini juga membuat kain ini memiliki nilai simbolis yang tinggi bagi masyarakat setempat dan menjadi identitas budaya Gorontalo dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya