Harga Minyak Dunia Turun 2 Persen Imbas Kekhawatiran Ekonomi dan Penguatan Dolar AS

Harga minyak mentah Brent turun USD 1,96 atau 2,4 persen menjadi USD 80,77 per barel. Sedangkan harga minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,69 atau 2,2 persen menjadi USD 77,07.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Apr 2023, 08:00 WIB
Harga minyak mentah Brent turun USD 1,96 atau 2,4 persen menjadi USD 80,77 per barel. Sedangkan harga minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,69 atau 2,2 persen menjadi USD 77,07. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun 2 persen pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah naik pada dua sesi perdagangan. Anjloknya harga minyak dunia karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat melebihi harapan permintaan China yang lebih tinggi dan stok minyak mentah AS yang lebih rendah.

Dikutip dari CNBC, Rabu (26/4/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1,96 atau 2,4 persen menjadi USD 80,77 per barel. Sedangkan harga minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,69 atau 2,2 persen menjadi USD 77,07. Pada perdagnagan Senin lalu, kedua kontrak naik lebih dari 1 persen.

Kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah sembilan bulan pada bulan April, menambah kekhawatiran tentang resesi sehari setelah pemberi pinjaman regional First Republic melaporkan pelarian simpanan lebih dari USD 100 miliar, memicu kekhawatiran akan potensi krisis perbankan.

“Harga minyak tampak seolah-olah akan meningkat sebelum kekhawatiran perbankan lama muncul kembali,” kata Phil Flynn, Seorang Analis di Price Futures Group.

Kurs dolar naik di tengah kekhawatiran yang mendalam tentang pendapatan perusahaan dan ekonomi global. Nilai tukar dolar AS yang lebih kuat menekan permintaan minyak dengan membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Harga emas juga datar karena dolar menguat, sementara saham AS turun karena laba yang lemah mengipasi kekhawatiran ekonomi.

Investor tetap waspada bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga oleh bank sentral yang melawan inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi di Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa.

 

 

2 dari 3 halaman

Suku Bunga Bank Sentral

The Fed (www.n-tv.de)

Federal Reserve AS, Bank of England dan Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan mereka yang akan datang. The Fed bertemu 2-3 Mei menndatang.

Pedagang minyak juga khawatir bahwa margin penyulingan yang lemah secara global dapat memaksa penyuling untuk mengekang pembelian minyak.

“Tekanan jangka pendek berasal dari kenaikan suku bunga dan margin run rate penyulingan berkontraksi, yang bisa menjadi tanda permintaan merosot,” kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial.

 

 

3 dari 3 halaman

Optimisme Ekonomi China

Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)

Di awal sesi, harga minyak naik, didukung oleh optimisme bahwa perjalanan liburan di China akan meningkatkan permintaan bahan bakar dan ekspektasi penurunan persediaan minyak mentah AS.

Pemotongan pasokan yang tidak disengaja dan terencana juga memberikan dukungan. Ekspor minyak utara Irak telah menunjukkan sedikit tanda  akan segera dimulai kembali setelah terhenti selama sebulan, sementara anggota kelompok produsen OPEC+ bersiap untuk memulai pengurangan produksi sukarela pada bulan Mei.

Pedagang sedang menunggu data stok AS dari American Petroleum Institute pada hari Selasa. Analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun sekitar 1,7 juta barel. 

Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya