Loyalis Murka Anas Urbaningrum Disebut Sejarah Kelam Partai Demokrat

Koordinator Nasional Sahabat Anas Urbaningrum, Muhammad Rahmad, angkat suara soal pernyataan Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra yang menyebut Anas dan faksinya adalah sejarah kelam masa lalu dari Partai Demokrat.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 04 Apr 2023, 11:19 WIB
Mantan politisi Partai Demokrat, Anas Urbaningrum jelang mengikuti sidang perdana pengajuan Peninjauan Kembali (PK) kasus korupsi dan pencucian uang proyek P3SON Hambalang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (24/5). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Nasional Sahabat Anas Urbaningrum, Muhammad Rahmad, angkat suara soal pernyataan Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra yang menyebut Anas Urbaningrum dan faksinya adalah sejarah kelam masa lalu dari Partai Demokrat.

Rahmad menilai pernyataan Herzaky itu adalah cermin keangkuhan dan arogansi dari kader partai 'kemarin sore'.

"Herzaky Mahendra Putra adalah anak kemarin sore yang arogan dan angkuh. Ia juga tidak tahu cara membaca data dan melihat fakta di dalam Partai Demokrat," kata Rahmad dalam keterangan tertulis diterima, Selasa (4/4/2023).

Rahmad justru menilai, sejarah kelam Partai Demokrat terjadi ketika era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan anak-anaknya membawa Partai Demokrat yang awalnya sangat demokratis, merakyat dan milik rakyat, kini berubah menjadi partai tirani keluargais, otoriter, sewenang-wenang dan pura-pura merakyat.

"Sejarah kelam kedua adalah perolehan suara pemilu dan kursi DPR RI terendah sepanjang sejarah Demokrat terjadi ketika SBY menjadi ketua umum dan ketika Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edy Baskoro Yudhoyono alias Ibas diserahi tugas memenangkan pemilu," kritik Rahmad.

Sejarah kelam berikutnya, lanjut Rahmad, adalah saat SBY mengaku sebagai pendiri Partai Demokrat dan mendaftarkannya ke Kemenkumham secara diam-diam, sehingga AD/ART Partai Demokrat tahun 2020 dibuat oleh kroni-kroni SBY-AHY.

"Demokrat menjadi partai anti-demokrasi yang pura-pura demokratis," ujar Rahmad.

Rahmad pun menantang Partai Demokrat AHY untuk melakukan debat terbuka demi pembuktian klaim sejarah kelam yang disinggung oleh Herzaky.

"Buktikan bahwa sejarah kelam itu terjadi di masa siapa? Masa Anas atau masa SBY dan AHY," kata Rahmad.

 

2 dari 2 halaman

Anas Urbaningrum Bukan Bagian Demokrat lagi dan Pelajaran Pahit Masa Lalu

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Herzaky Mahendra Putra. (Foto: Winda Nelfira/Liputan6.com).

Sebelumnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Herzaky Mahendra Putra menanggapi soal kabar bebasnya mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum pada 10 April 2023.

Menurut dia, pihaknya tak ambil pusing sebab Anas bukan lagi bagian dari Demokrat.

"Ini kan bukan bagian dari kami lagi ya gitu. Kalau dari kami jelas, kami bersyukur bahwa kami punya pelajaran pahit di masa lalu yang membuat kami jauh lebih kuat," kata Herzaky di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2023).

Dia menyampaikan partainya sudah bersih-bersih dari kelompok-kelompok yang mencoba merusak partainya itu di masa lalu. Sisanya, kata dia tinggal langkah Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko di Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2021 silam.

"Bagi kami alhamdulillah generasi baru sudah belajar dari masa lalu, lebih hati-hati sehingga kita tidak ingin ada petualang-petualang politik yang mendompleng. Apalagi ada upaya-upaya melakukan korupsi. Nah, itu yang tidak kami inginkan, kami antikorupsi," jelas Herzaky.

 

Infografis Geger Isu Dongkel AHY dari Kursi Ketum Demokrat. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya