Curhat Driver Ojol, Khawatir Sepi Penumpang jika Harga BBM Naik

Rencana kenaikan harga BBM ini sudah dikeluhkan oleh para pengguna kendaraan bermotor, khususnya roda dua.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Sep 2022, 10:46 WIB
Kondisi SPBU Pertamina di salah satu daerah Bogor, tepatnya jalan Tlajung Udik, masih terbilang normal, tidak terjadi antrean dan tidak tampak kepanikan pembelian. (Ine Vania Putri/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Wacana kenaikan harga BBM masih terus bergulir hingga saat ini. Namun, pemerintah pun masih belum memberikan kepastian terkait hal tersebut.

Meski demikian, rencana kenaikan harga BBM ini sudah dikeluhkan oleh para pengguna kendaraan bermotor, khususnya roda dua. Salah satunya yaitu Surya, salah seorang pengemudi ojek online di wilayah Bogor, Jawa Barat. 

Dia mengeluhkan dampak yang terjadi akibat kenaikan BBM pada waktu sebelumnya.

“Di kala BBM naik, argo juga naik jadi penumpangnya sepi," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (31/8/2022).

Surya mengatakan, selama dirinya menjadi pengemudi ojek online, kenaikan harga BBM berdampak pada penghasilannya yang semakin berkurang.

Keluhan lain disampaikan oleh Topan, pengendara sepeda motor lainnya yang biasa menggunakan sepeda motornya untuk kegiatan sehari-hari.

"Motor saya termasuk yang boros minyak, jadi kalo BBM naik saya jadi tekor," ujarnya.

Dia mengaku harus merogoh kocek yang cukup besar untuk mendapatkan BBM. Dia pun berharap agar pemerintah mengkaji ulang wacana harga BBM naik yang kabarnya akan dilakukan pada September mendatang. 

"Untuk pemerintah pikirkan kembali kebijakan tersebut agar tidak menyulitkan masyarakat yang butuh bahan bakar untuk kehidupan sehari-harinya atau bahkan penunjang mata pencahariannya. Karena jika BBM naik, dampaknya ini cukup besar pada hal lainnya," katanya.

 

Reporter: Ine Vania Putri

2 dari 4 halaman

Meski Harga BBM Naik, Masyarakat Masih Ogah Beralih ke Angkutan Umum

Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di sebuah SPBU di Jakarta, Kamis (31/3/2022). PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan tarif baru BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 pada 1 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Masyarakat Indonesia tengah ketar ketir terhadap rencana kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak yang hampir dipastikan akan diumumkan pemerintah. Kenaikan harga BBM dipastikan menambah biaya pengeluaran.

Pakar kebijakan transportasi, Djoko Setijowarno, skeptis jika momentum harga BBM naik akan mengubah kebiasaan masyarakat beralih ke transportasi publik.

"Tergantung pemerintah, berpikirkah ke sana?" ujar Djoko kepada merdeka.com, Rabu (31/8).

Alih-alih kenaikan harga BBM dijadikan sebagai momentum reformasi untuk transportasi publik, Djoko menyampaikan bahwa DPR bahkan berencana mengurangi subsidi transportasi publik sebesar 60 persen.

Jika demikian, Djoko meyakini polemik transportasi tak akan kunjung tuntas.

Dia pun mengkritisi jumlah kendaraan sepeda motor semakin meningkat tajam. Sebab menurutnya, realita tersebut cerminan ketiadaan upaya pemerintah dalam perbaikan transportasi publik, sehingga masyarakat tidak melulu bergejolak akibat kenaikan harga BBM.

"Transportasi umum semakin berkurang, kendaraan pribadi terutama sepeda motor melesat populasinya, saatnya membenahi angkutan penumpang berbadan hukum dan angkutan barang," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Respons Masyarakat

Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di sebuah SPBU di Jakarta, Kamis (31/3/2022). PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan tarif baru BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 pada 1 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, Nur Rahmah (37) mengakali pengeluaran atas rencana kenaikan harga BBM dengan menukar mobil. Nur sebagai pemilik toko barang kebutuhan rumah tangga dan grosir, menukar mobil berbahan bakar BBM jenis Pertamax menjadi mobil berbahan bakar solar.

Mobil merupakan alat transportasi penting sebagai penunjang keberlangsungan bisnisnya. Dalam sehari, Nur menyampaikan harus menyetir ke beberapa rumah pelanggan untuk mengantarkan barang pesanan.

Pengeluaran Nur saat menggunakan Pertamax, yaitu Rp700.000 untuk 1 minggu. Saat menggunakan Solar, pengeluarannya dapat ditekan menjadi Rp500.000.

"Hampir tidak mungkin saya tidak menggunakan mobil," kata Nur.

Ibu dari enam anak ini enggan memanfaatkan jasa ekspedisi untuk mengirimkan barang dagangannya. Alasan utamanya untuk menyenangkan konsumen, menghindari kerusakan barang, dan tak ingin memperkecil keuntungan karena terpotong biaya ongkos kirim.

4 dari 4 halaman

Kurangi Mobilitas

Pengendara motor antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kelapa Dua, Jakarta , Kamis (14/4/2022). Pemerintah memberi sinyal akan menaikkan harga Pertalite dan solar. Hal ini menjadi langkah pemerintah dalam menghadapi dampak kenaikan harga minyak mentah dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara Lia (37), mengakali rencana kenaikan harga BBM dengan mengurangi mobilitas. Mobil yang digunakan Lia untuk mengantar dan menjemput menggunakan bahan bakar minyak jenis Pertamax. Pembelian Pertamax untuk 2-3 hari sebesar Rp200.000.

Seiring rencana kenaikan harga BBM ia memutuskan memanfaatkan fasilitas bus jemputan yang disediakan oleh sekolah.

"Pilih naik jemputan karena lebih murah jika dihitung ulang," ungkapnya.

"Jika terpaksa harus jalan memakai mobil ya pakai Pertalite," sambungnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif memberi sinyal kemungkinan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) segera naik, saat ditanya apakah ada kemungkinan pengumuman kenaikan harga BBM dilakukan pada 31 Agustus 2022. Dia menyebutkan sejauh ini rencana kenaikan harga BBM tersebut masih dimatangkan.

"Ya tunggu aja besok," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif seperti dikutip dari Antara di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (30/8). 

Infografis Ragam Tanggapan Siap-Siap Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya