Sukses

Rudal Irak Serang Israel, Kementerian ESDM Bikin Simulasi Dampaknya ke Harga Minyak

Kementerian ESDM menjamin harga BBM tidak berubah hingga Juni 2024 meskipun konflik geopolitik di Timur Tengah semakin memanas udai rudal Irak menyerang Israel pada akhir pekan kemarin.

Liputan6.com, Jakarta - konflik geopolitik di Timur Tengah semakin memanas. Semula konflik yang terjadi hanya antara Palestina dengan Israel. Namun kemudian meluas setelah Israel menyerang Konsulat Iran di Damaskus Suriah. Ratusan rudal Iran serang Israel pada akhir pekan lalu.

Tentu saja konflik ini akan berdampak luas ke dunia. Seperti diketahui, Iran merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia. Jika Israel menyerang kilang yang dimiliki oleh Iran maka kemungkinan besar pasokan minyak dunia bakal berkurang. 

Namun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menjamin harga bahan bakar minyak (harga BBM) tidak berubah hingga Juni 2024 meskipun konflik geopolitik di Timur Tengah semakin memanas. 

“Ya, harga BBM masih seperti itu (tidak berubah sampai Juni),” ujar Tutuka dalam Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, Senin (15/4/2024).

Tutuka mengatakan bahwa saat ini pemerintah masih menunggu respons Israel terhadap serangan Iran. Ia menilai, kecenderungan dunia tidak ingin harga minyak yang terlalu tinggi.

“Ini faktor yang sangat kuat untuk pertimbangan lebih jauh tentang eskalasi,” kata dia.

Meskipun demikian, Kementerian ESDM sudah melakukan simulasi-simulasi dampak eskalasi konflik di Timur Tengah terhadap harga minyak, berikut berbagai parameter seperti kurs, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia, serta faktor-faktor lainnya.

“Itu (simulasi) yang akan kami sampaikan untuk pihak terkait, kemudian diharapkan bisa jadi pengambilan keputusan,” ujar Tutuka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Serangan Iran ke Israel Picu Harga Minyak Dunia Tembus USD 100 per Barel

Sebelumnya, analis memperkirakan harga minyak dunia bisa melonjak hingga USD 100 per barel dan bahkan lebih, setelah Iran melancarkan serangan udara terhadap Israel yang memicu kekhawatiran meluasnya ketegangan di Timur Tengah.

Seperti diketahui, Iran merupakan lokasi sumber daya minyak yang sangat besar dan merupakan produsen minyak terbesar ketiga di organisasi OPEC.

Gangguan apa pun pada kapasitas minyak itu untuk memasok pasar global dapat menyebabkan harga minyak naik lebih tinggi.

Pasar kini akan memantau dengan cermat perkembangan atau penutupan Selat Hormuz, titik penghubung utama antara Iran dan Oman dan merupakan jalur aliran seperlima produksi minyak dunia setiap hari.

"Setiap serangan terhadap fasilitas produksi atau ekspor minyak di Iran akan mendorong harga minyak mentah Brent menjadi USD 100, dan penutupan Selat Hormuz akan menyebabkan harga berada pada kisaran USD 120 hingga USD 130," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, dikutip dari CNBC International, Senin (15/4/2024).

Pada Sabtu malam (13/4), Iran menembakkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel, yang dilaporkan sebagai respon atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah awal bulan ini.

Di Asia, harga minyak diperdagangkan sedikit lebih rendah pada perdagangan pagi hari.

Patokan global minyak Brent tergelincir 0,31% menjadi USD 90,17 per barel pada hari Senin (15/4), sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 0,44% dan diperdagangkan pada USD 85,28 per barel.

3 dari 3 halaman

Kurang Investasi dalam Eksplorasi

Josh Young, manajer portofolio di perusahaan investasi minyak dan gas Bison Interests mengingatkan bahwa kurangnya investasi dalam eksplorasi dan pengembangan minyak selama bertahun-tahun, perkembangan geopolitik baru-baru ini mendorong pasokan minyak mentah dunia lebih rentan.

"Investasi yang tidak mencukupi membuat pasokan lebih rentan dan meningkatkan kemungkinan lonjakan besar jauh di atas USD 100 jika pasokan terganggu," jelasnya.

"Saya pikir harga minyak akan mencapai titik tertinggi dalam siklus ini, karena kurangnya investasi dalam eksplorasi dan pengembangan selama satu dekade," tambah Young.

Minyak menghadapi penurunan produksi alami yang cukup besar. Tingkat penurunan sumur minyak konvensional adalah sekitar 15%, tanpa adanya belanja modal, menurut perkiraan Morgan Stanley.

Harga minyak telah naik dalam beberapa bulan terakhir karena gangguan dan penundaan perdagangan yang disebabkan oleh serangan maritim di Laut Merah dari kelompok Houthi, yang mengklaim solidaritas dengan masyarakat Gaza, Palestina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini