Ada Libur Panjang, Anies Imbau Masyarakat Antisipasi Covid-19 Klaster Keluarga

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau agar masyarakat tetap mengantisipasi adanya klaster keluarga karena adanya libur panjang di akhir bulan Oktober.

oleh Ika Defianti diperbarui 10 Okt 2020, 15:28 WIB
Rencana pembukaan bioskop, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tegaskan pelaku usaha bioskop harus patuhi protokol kesehatan saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (26/8/2020). (Dok Tim Komunikasi Publik Satgas COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau agar masyarakat tetap mengantisipasi adanya klaster keluarga karena adanya libur panjang di akhir bulan Oktober 2020.

Dia mengingatkan saat awal September sempat ada lonjakan kasus Covid-19 akibat libur panjang pada Agustus 2020.

"Karena itulah saya berharap kepada semuanya antisipasi karena akhir bulan ini ada libur panjang. Libur panjang Maulid Nabi Kamis, cuti bersama Rabu dan Jumat, ada lima hari," kata Anies di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Sabtu (10/10/2020).

Selain itu, Anies juga khawatir adanya potensi penambahan kasus positif Covid-19 akibat demo penolakan Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/2020).

Dia menyatakan lonjakan kasus tersebut bisa terjadi pada seminggu atau dua minggu pasca aksi demo tersebut.

"Karena kalau ada kejadian, itu tidak langsung muncul, tapi satu sampai dua pekan setelahnya. Mudah-mudahan tidak terjadi," ucapnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Demo Akan Picu Lonjakan Covid-19 yang Masif

Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berpendapat aksi demonstrasi yang menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja berpotensi memunculkan klaster baru, sehingga memicu lonjakan Covid-19 di Tanah Air.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M Adib Khumaidi mengatakan, demonstrasi mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik namun juga tidak mengenakan masker.

"Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama Covid-19," kata Adib.

Ditambah lagi banyaknya kemungkinan peserta demonstrasi yang datang dari kota atau wilayah yang berbeda.

"Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya," ujarnya.

Menurut dia, bukan merupakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan untuk menilai mengapa orang-orang tersebut terlibat dalam demonstrasi.

"Dalam hal ini, kami menjelaskan kekhawatiran kami dari sisi medis dan berdasarkan sains, hal yang membuat sebuah peristiwa terutama demonstrasi berisiko lebih tinggi daripada aktivitas yang lain. Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang," papar Adib seperti dikutip dari Antara, Jumat (9/10/2020).

Dalam kondisi saat ini, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya