Pedagang: Sudah Impor, Kok Harga Gula Pasir Tak Kunjung Turun?

Sejumlah pedagang masih mengeluhkan harga gula pasir yang tak kunjung turun

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 04 Mei 2020, 15:15 WIB
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga jual beberapa komoditas bahan pangan seperti bawang merah dan gula pasir putih di pasar nasional masih mahal di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) milik Bank Indonesia, harga bawang merah pada Senin (4/5/2020) melonjak jadi Rp 48.850 per kg, dari sebelumnya Rp 46.200 per kg pada Minggu (3/5/2020).

Sementara gula pasir putih memang mengalami penurunan, dari Rp 18.200 per kg pada Minggu kemarin menjadi Rp 18.050 per kg pada hari ini. Namun, harga jual tersebut masih lebih tinggi dari target harga eceran tertinggi (HET) di level Rp 12.500 per kg.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyatakan, tingginya harga jual dua komoditas tersebut disebabkan oleh minimnya ketersediaan stok.

"Betul bingit. Jika stok cukup harga turun, kalau stok tipis harga pasti naik," ujar Ngadiran kepada Liputan6.com, Senin (4/5/2020).

Namun demikian, ia tak bisa memperkirakan kekurangan stoknya hingga seberapa besar, sebab datanya berada di tangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan).

 

2 dari 2 halaman

Pertanyakan Soal Harga Gula

Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kesepakatan pembatasan harga eceran gula pasir atau gula kristal putih bakan dilaksanakan bulan depan oleh pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ngadiran mengatakan, bawang merah saat ini memang menjadi komoditas bahan pangan yang secara stok paling tipis. Namun, ia mempertanyakan mahalnya harga gula lantaran pemerintah telah membuka keran impor.

"Kalau gula impor sudah masuk tapi kenapa harga masih mahal, aneh juga," cibir dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya