Kisah Hijrah Prof Jackie Ying, Mualaf yang Ciptakan Rapid Test COVID-19

Profesor Ying tumbuh di Singapura setelah keluarganya memutuskan pindah ke sana. Sebagai seorang mualaf, Profesor Ying punya pandangan yang cukup menarik.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Apr 2020, 17:17 WIB
Pakar nano Prof. Jackie Ying, salah satu dari 500 Muslim berpengaruh (Foto: Dok UI)

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini Singapura menjadi negara Asia pertama yang mengklaim telah berhasil menciptakan alat tes cepat virus corona Covid-19. Alat ini bahkan diklaim bisa memberikan hasil pemeriksaan hanya dalam 5 menit.

Alat tersebut ternyata ditemukan seorang Muslimah bernama Profesor Jackie Ying, yang mengepalai Lab NanoBio di Agency for Science, Technology and Research.

Profesor Ying yang lahir tahun 1966 di Taipei, Taiwan, merupakan seorang peneliti teknologi nano lulusan bidang Bioenginering dan Nanoteknologi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Profesor Ying tumbuh di Singapura setelah keluarganya memutuskan pindah ke sana. Sebagai seorang mualaf, Profesor Ying punya pandangan yang cukup menarik.

" Jika kamu benar-benar ingin mempelajari ilmu pengetahuan, maka kamu harus percaya pada Penciptanya," katanya, seperti dikutip AboutIslam.

 

2 dari 3 halaman

Penasaran dengan Agama Lain

Kata Bijak Motivasi Islam / Sumber: iStockphoto

Perjalanan hijrah Profesor Ying diawali ketika dia sekolah di Singapura setelah keluarganya pindah ke sana.

Profesor Ying menghabiskan masa kecil dan remajanya di Singapura. Dia masuk Raffles Girls' School yang merupakan sekolah unggulan.

Di sekolah itu dia tidak punya teman anak Melayu, kelompok etnis yang biasanya dikaitkan dengan Islam di Singapura.

Dia baru mengenal berbagai macam latar belakang etnis dan agama setelah masuk di sekolah menengah pertama.

Sejak itu Profesor Ying mengaku menjadi sangat penasaran tentang berbagai agama yang dianut oleh teman-temannya.

"Saya selalu ingin tahu tentang tujuan dan makna hidup. Dan dalam agama, kami menemukan banyak jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini," katanya.

Sejak sekolah menengah pertama, Profesor Ying belajar banyak tentang agama, termasuk agama Islam.

Profesor Ying baru menerima Islam setelah mengucapkan syahadat ketika dia telah berusia sekitar 30 tahunan. Banyak alasan yang membuat Profesor Ying tertarik untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya keyakinan.

Di dalam Islam, Muslim dituntut untuk selalu mencari pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, katanya, seorang Muslim bisa berguna bagi masyarakatnya.

" Setiap kali mempelajari ilmu pengetahuan, selalu merujuk kepada keberadaan Allah SWT. Jadi, saya tidak berpikir bahwa keduanya (agama dan sains) bertentangan satu dengan yang lain," kata Profesor Ying.

Menjadi seorang ilmuwan yang berkomitmen membantu masyarakat, Profesor Ying melihat kebenaran bahwa Allah SWT, Sang Pencipta, ada di balik hal-hal yang ia pelajari.

 

3 dari 3 halaman

Islam itu Mudah

Umat muslim melakukan Tawaf mengelilingi Kakbah selama umrah di Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, Senin (2/3/2020). Semenjak pemerintah Arab Saudi melarang kegiatan umrah, tempat paling suci umat Islam ini menjadi terlihat lebih sepi dari biasanya. (AP Photo/Amr Nabil)

Alasan lainnya Profesor Ying menerima Islam adalah karena agama ini memiliki konsep yang mudah dan sederhana.

Selain itu, orang akan sangat terkejut bahwa di dalam Alquran terdapat banyak pengetahuan yang luar biasa.

"Ketika saya pertama kali membuka Alquran, jelas bagi saya bahwa ini adalah buku yang sangat, sangat istimewa dan luar biasa," katanya.

Setelah menjalankan umrah untuk pertama kalinya, Profesor Ying segera memakai jilbab.

Ini menunjukkan hubungannya dengan Islam dan keyakinannya pada Allah kepada semua orang.

Sebagai seorang ilmuwan, dia telah menerima puluhan penghargaan dan juga menerbitkan ratusan artikel akademik tingkat tinggi di bidangnya.

Sementara sebagai seorang Muslimah, Profesor Ying sangat aktif berdakwah di Singapura.

Profesor Ying adalah contoh yang indah tentang bagaimana seorang Muslim berkontribusi terhadap penelitian dan sains tanpa melupakan Allah SWT sebagai penciptanya. ( Sugiono/Dream.co.id)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya