Eks PM Jepang Bertemu Wapres Ma'ruf Amin, Bahas Perkembangan dan Infrastruktur RI

Bersama 26 pengusaha, Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin bertemu dengan Mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Nov 2019, 13:57 WIB
Wapres Ma'ruf Amin memberikan pidato sekaligus menutup Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Kegiatan tersebut untuk mensinergikan program-program pemerintah pusat dengan daerah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin bertemu dengan Mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda bersama 26 pengusaha. Ia didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, hari Rabu.

Dalam pertemuan tersebut, kata Yasuo, mereka berdiskusi terkait perkembangan dan infrastruktur Indonesia.

"Diskusi kami sangat membangunkan dan pembangunan MRT kerjasama kedua negara. MRT telah diselesaikan pada beberapa bulan yang lalu, kami akan berusaha untuk pembangunan kereta api juga," kata Yasuo Fukuda usai bertemu Ma'ruf di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara, Rabu (20/11/2019).

Fukuda mengatakan tidak hanya kerja sama terkait infrastruktur saja yang akan dilakukan, pengembangan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan misi Presiden Joko Widodo mereka juga akan bekerja sama.

"Kami juga berdiskusi dalam kerjasama dibidang industri untuk membuka lapangan kerja baru," kata Fukuda.

Namun dalam pertemuan tersebut kata dia, belum ada kesepakatan antara pihaknya dengan Indonesia. Pertemuan tersebut dia mengatakan hanya bagian dari kunjungan bilateral antara Jepang-Indonesia.

"Jadi, tidak ada kesepakatan spesifik ataupun transaksi tertentu. Hal seperti ini tidak ada," ungkap Fukuda.

2 dari 3 halaman

Indonesia dan Jepang Pernah Jalin Kerja Sama Tenaga Kerja

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Menteri Ketenagakerjaan RI, M. Hanif Dhakiri dengan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii sebelumnya sepakat menjalin kerja sama di bidang penempatan tenaga kerja berketerampilan spesifik atau Spesified Skilled Worker (SSW) untuk bekerja di Jepang. Hal tersebut dilakukan pada Selasa, 26 Juni 2019.

"Ini kesempatan bagi kita untuk mengisi jabatan-jabatan di sektor formal yang banyak dibutuhkan di Jepang," kata Hanif Dhakiri usai melakukan penandatanganan MoC dan MoU.

Hanif Dhakiri menyatakan, selama ini Jepang relatif tertutup bagi TKA. Namun. mengingat adanya problem populasi di Jepang, kini Jepang telah membuka diri untuk bekerja sama bidang penempatan tenaga kerja yang sebelumnya masih kerja sama pemagangan.

Hanif Dhakiri mengungkapkan, saat ini hingga beberapa tahun ke depan, Jepang akan mengalami shortage tenaga kerja dan aging society. Dengan kondisi tersebut, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja usia produktif, maka Jepang harus merekrut tenaga kerja asing. Kebijakan baru dikeluarkan pemerintah Jepang dengan menerbitkan regulasi keimigrasian berupa residential status baru bagi SSW (TKA) yang akan bekerja ke Jepang.

"Dengan residential status tersebut, Pemerintah Jepang membuka peluang kerja pada 14 sektor bagi tenaga kerja asing SSW. Total kuota SSW untuk seluruh negara, termasuk Indonesian ada 345.150 tenaga kerja," kata Hanif Dhakiri.

 

3 dari 3 halaman

Sektor Pekerjaan

Ilustrasi Foto Lowongan Kerja (iStockphoto)

Adapun, sektor-sektor pekerjaan yang dibutuhkan antara lain, Care worker; Building Cleaning Management; Machine Parts and Tooling Industries; Industrial Machiner; Industry Electric, Electronics; and Information Industries Construction Industries Shipbuilding and Ship Machinery Industri; Automobile repair and maintenance; Aviation Industry; Accomodation Industry; Agriculture; Fishery and Aquacultur; Manufacture of food and beverages; dan Food Service Industry.

Untuk mempercepat proses penempatan ini, maka langkah pertama bisa dimulai dari pemuda yang sedang mengikuti program pemagangan di Jepang.

Sebelumnya masa pemagangan hanya tiga tahun, maka bisa diperpanjang menjadi lima tahun. Kedua, alumni pemagang Jepang yang sudah kembali ke Indonesia.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya