Presiden Korea Selatan Bawa Artis K-Pop ke China, Buat Apa?

Song Hye-kyo, boyband EXO, dan pasangan Choo Ja-yeon dan Xiaoguang Yu ikut makan malam bersama dua pemimpin terkemuka di Asia.

oleh Afra Augesti diperbarui 16 Des 2017, 09:12 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden China Xi Jinping saling bersalaman di The Great Hall of the People di Beijing. (AP)

Liputan6.com, Beijing - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in memboyong sejumlah artis TV dan selebritas K-Pop dalam jamuan makan malam bersama Presiden China Xi Jinping di Beijing.

Hal ini dilakukannya sebagai bentuk upaya untuk membenahi hubungan kedua negara yang sempat mengendur, terutama karena isu penempatan sistem anti-rudal milik Amerika Serikat (THAAD) di Seoul.

Mengutip Bussines Insider, Sabtu (16/12/2017), sederet artis K-Pop yang ikut dalam delegasi Moon Jae-in antara lain Song Hye-kyo--aktris cantik yang membintangi serial drama Descendants of the Sun, boyband EXO, dan pasangan Choo Ja-yeon dan Xiaoguang Yu.

Song Hye-kyo, Choo Ja-yeon, dan Xiaoguang Yu ikut juga dalam jamuan makan malam kenegaraan bersama kedua pemimpin negara tersebut di Istana Kepresidenan.

Sedangkan EXO, salah satu artis berpenghasilan tinggi dari agen pencari bakat S.M. Entertainment, bergabung dengan dua pemimpin tersebut dalam sebuah forum bisnis bilateral.

Sebagaimana diketahui, militer Amerika Serikat mengumumkan sistem pertahanan rudal kontroversial THAAD telah beroperasi di Korea Selatan. Seorang juru bicara militer AS mengatakan, sistem itu kini dapat mencegat rudal Korea Utara dan melindungi Korea Selatan.

Namun menurut pejabat militer AS, kemampuan operasional penuh THAAD masih harus menunggu beberapa bulan lagi. 

 

2 dari 2 halaman

Krisis Semenanjung Korea

Pesawat pembom B-1B AS mejatuhkan bomnya saat terbang bersama Jet tempur Angkatan Udara AS F-35 dan jet tempur F-15 Korea Selatan di atas Semenanjung Korea, Korea Selatan (31/8). (South Korea Defense Ministry via AP)

Kawasan Semenanjung Korea kini diwarnai ketegangan menyusul ancaman Korut melalui serangkaian uji coba rudal dan nuklir. AS meresponsnya dengan mengirimkan armada kapal perang, termasuk sebuah kapal selam bertenaga nuklir, USS Michigan.

THAAD, yang merupakan singkatan dari Terminal High Altitude Area Defence, dipasang pekan lalu di sebuah area bekas lapangan golf di pusat wilayah Seongju. Pemasangan sistem THAAD sendiri dilakukan di tengah aksi protes.

Mayoritas warga setempat percaya bahwa sistem ini merupakan target potensial serangan Pyongyang dan dapat membahayakan kehidupan mereka yang tinggal di dekatnya.

China yang belakangan "akrab" dengan pemerintahan Donald Trump juga memprotes keberadaan THAAD. Beijing meyakini jangkauan radar sistem tersebut dapat mengganggu keamanan operasi militer mereka.

Seorang juru bicara pasukan AS yang berbasis di Korea Selatan mengatakan, THAAD sekarang telah beroperasi dan memiliki kemampuan untuk mencegat rudal Korea Utara dan melindungi Negeri Gingseng tersebut.

Namun, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sistem pertahanan tersebut saat ini hanya memiliki "kemampuan mencegat tahap awal" dan akan ditingkatkan pada akhir tahun.

Korea Utara dan AS saling lempar retorika panas dalam beberapa pekan terakhir menyusul sikap Pyongyang yang bersikeras menentang larangan PBB untuk melakukan uji coba rudal.

Pyongyang sendiri telah gagal dalam dua uji coba rudalnya. Meski demikian, mereka menegaskan siap melaksanakan tes nuklir keenamnya kapan saja.

THAAD mampu menembak rudal balistik jarak pendek dan menengah dalam tahap akhir perjalanan mereka. Sistem pertahanan tersebut menggunakan teknologi "hit to kill" di mana energi kinetik akan menghancurkan hulu ledak yang masuk.

Sistem peluru kendali (rudal) antibalistik milik Angkatan Darat AS tersebut dapat menjangkau jarak 200 kilometer dan ketinggian 150 kilometer.

Sebelumnya, AS telah lebih dulu menempatkan THAAD di Guam dan Hawaii sebagai antisipasi menghadapi potensi serangan Korut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya