Prancis Ingin Ikut Bangun Satelit di RI, Menkominfo: Tunggu Dulu

Perusahaan antariksa Arianespace menawarkan bantuannya untuk ikut serta dalam proyek pembangunan high throughput satellite di Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 30 Mar 2017, 12:34 WIB
Menkominfo Rudiantara saat meninjau Media Center untuk KTT IORA 2017 di JCC, Jakarta, Senin (6/3). Peninjauan dilakukan untuk melihat kondisi media center agar awak media dapat melakukan peliputan dengan mudah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta \ Perusahaan antariksa Arianespace menawarkan bantuanya untuk ikut serta dalam proyek pembangunan high throughput satellite di Indonesia. Ketertarikan itu disampaikan disela-sela lawatan Presiden Francois Hollande ke Tanah Air. 

Keterangan tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara usai acara pertemuan bilateral Prancis-Indonesia di bidang ekonomi kreatif dan promosi industri kebudayaan di Hotel Haris Vertu, Jakarta.

"Tadi dari Arianespace ingin berpartisipasi untuk peluncuran high throughput satellite, satelit pemerintah," ucap Rudiantara, di Jakarta pada Rabu 29 Maret 2017.

Meski sudah ada ketertarikan, Rudiantara tidak bisa memastikan Arianespace bisa turut serta membantu Indonesia. Perusahaan tersebut mesti melewati proses dan regulasi yang berlaku di Indonesia terlebih dahulu.

"Belum tahu, harus lewat tender," sebut dia.

Menurutnya, cara tersebut adalah sesuatu yang wajar. Sebab, Indonesia mau yang terbaik dalam membangun high throughput satellite.

"Tunggu dulu saja, we want the best solution,  high throughput satellite pemerintah itu akan jadi high throughput satellite yang dimiliki tanda kutip oleh Indonesia," jelas dia.

"Karena belum ada operator lain yang mendesain high throughput satellite, high throughput satellite yang langsung internet," sambung dia.

Walau begitu, Rudiantara pun tak memungkiri, Arianespace punya keunggulan yang tak dimiliki perusahaan serupa milik negara lain.

"Airanspace yang paling banyak meluncurkan satelit dibanding Long March dari China atau (perusahaan serupa) dari Rusia," kata Rudiantara.

Oleh sebab itu, ia meminta perusahaan Prancis tersebut bersabar. Pasalnya, proses tender dimulai dalam waktu tidak lama lagi.

"Proses penujukan badan usaha pertengahan tahun semester dua ini, kemudian award diberikan pertengahan 2018 satelitnya meluncur tahun 2021. Kan butuh 30 bulan untuk bangun satelit," katanya.

Rudiantara memastikan jika high throughput satellite maka akan banyak keuntungan di bidang telekomunikasi yang akan didapat masyarakat Indonesia.

"Itu satelit Indonesia high throughput satellite, itu satelit langsung internet di mana pun bisa akses internet, ini belum ada," paparnya.

"High throughput satellite yang langsung internet kalau sekarang kan satelit komunikasi harus dikonversi dulu," tutup dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya