Anak Jalanan, Potret Buram Indonesia

Alasan ekonomi memaksa anak-anak terpaksa jadi bagian dari kerasnya kehidupan jalan. Padahal, bahaya mengancam mereka, seperti tindakan pelecehan seksual.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jan 2010, 12:40 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Berkeliaran di jalan. Tanpa aturan. Inilah potret sebagian anak Indonesia. Mereka tidak seharusnya di
jalan. Tapi, semua terpaksa dilakukan. Mengais rezeki, sesuatu yang seharusnya tak menjadi tanggung jawab mereka. Kemiskinan memang menjadi faktor utama yang mendorong para orangtua tega melepaskan anaknya jadi pekerja di jalanan.

"Cukup banyak orang miskin yang berpendapat dengan memperkejakan anak di jalan, itu mendapatkan sumber tambahan baru," kata Adrianus Meliala, Kriminolog Universitas Indonesia, di Jakarta, Sabtu (16/1).

Bahaya yang mengintai anak di jalanan sebenarnya sangat besar. Salah satunya adalah intimidasi dan kekerasan dari orang-orang  yang jauh lebih dewasa. Bahkan, kemungkinan untuk mengalami tindakan pelecehan seksual, sepert sodomi yang bisa berujung pada kematian. "Dengan anak berada di jalan, sebenarnya anak terekspos dengan bahaya," ucap Adrianus.

Nasib anak-anak Indonesia tampaknya masih terus terpinggirkan. Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat jumlah anak jalanan terus meningkat. Data Departemen Sosial menunjukkan hampir empat juta anak Indonesia telantar, 160 ribu di antaranya hidup di jalan.(BOG)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya