Bicarakan Penyelamatan WNI, Menlu Retno Terbang ke Manila

Di Ibukota Filipina tersebut, Menteri Retno dijadwalkan bertemu Menlu Filipina.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 29 Jun 2016, 16:34 WIB
Menlu RI Retno Marsudi (kanan) dan Menlu Filipina Jose Rene Almendras memberi keterangan pers, Jakarta, Rabu (4/5). Keduanya membahas penyanderaan empat warga negara Indonesia oleh kelompok sipil bersenjata di Filipina. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terus mengintensifkan upaya Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik di perairan Filipina Selatan. Peristiwa penyanderaan ini merupakan yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir.

Dijelaskan Menlu Retno, dirinya esok akan terbang ke Manila. Di Ibukota Filipina tersebut Retno dijadwalkan bertemu Menlu negara tersebut.

"Besok Insya Allah saya juga akan berangkat ke Manila untuk bertemu dengan Menlu Filipina yang baru. Tentunya menjalin komunikasi karena pada saat pembebasan yang dulu, komunikasi yang intensif antara saya dengan Menlu sangat membantu, dalam upaya pelepasan sandera," ucap Menlu di kantor kepresidenan, Rabu (29/6/2016).

"Komunikasi intensif ini lah yang akan saya lakukan dengan Menlu yang baru. Oleh karena itu, right after kabinet terbentuk, presiden dilantik tanggal 30, tanggal (1 Juli) menurut rencana, saya akan bertemu (Menlu Filipina yang baru)," sambung dia.

Menlu menambahkan, walau di Filipina ada transisi pemerintahan, dirinya percaya komitmen dari pemerintah setempat untuk membebaskan 7 WNI tak berubah.

"Saya yakin komitmen akan sama. Makanya dari hari pertama pemerintah dilantik, kami ada di sana untuk menjalin networking, komunikasi dengan pemerintah baru agar tidak ada jeda soal kasus sandera ini," jelasnya.

Ketujuh WNI yang diculik baru-baru ini merupakan ABK tug boat Charles 001 dan tongkang Roby 152. Kabar mengenai penculikan 7 WNI ABK ini pertama kali diterima oleh istri ABK bernama Ismail, Dian Megawati.

Warga Samarinda itu mengaku dihubungi suaminya dan juga pembajak dari kelompok Abu Sayyaf. Kepada istrinya, Ismail bercerita bahwa tawanan dibagi menjadi dua kelompok.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, motivasi penculikan ini didasari oleh uang tebusan. Namun dia menegaskan Indonesia tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk kelompok penyandera.

"Jadi kan begini, Pemerintah Indonesia tidak menghendaki ada tebusan. Tetapi mereka kan akalnya banyak, siapa tahu kan dengan berusaha seperti ini ada tebusan-tebusan," kata Gatot belum lama ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya