Sektor Properti Bakal Bergairah Lagi Tahun Ini

Permintaan akan perumahan bagi kelas menengah ke bawah nilai akan kembali melejit pada tahun ini.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Feb 2016, 18:28 WIB
Sejumlah maket perumahan saat pameran Indonesia Properti Expo 2016 di Senayan, Jakarta, Rabu (17/2). Penjualan properti tahun ini diprediksi mengalami peningkatan di kisaran 5%-10% jika suku bunga acuan BI turun 50 basis poin (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan akan perumahan bagi kelas menengah ke bawah nilai akan kembali melejit pada tahun ini. Sedangkan penyerapan properti premium untuk golongan kelas atas akan berjalan lambat.

Vice President Advisory Services Coldwell Banker Commercial, Dani Indra Bhatara mengatakan, perumahan segmen menengah ke bawah cenderung lebih aktif diburu oleh masyarakat sepanjang tahun ini. Sedangkan perumahan untuk menengah ke atas akan lebih sedikit diperjualbelikan.

"Investor (pengembang properti) menengah ke bawah akan aktif membangun perumahan‎, karena demandnya masih tinggi. Sedangkan menengah ke atas cenderung terbatas demand-nya, jadi investor cenderung wait and see," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Dia menjelaskan, untuk perumahan kelas menengah ke bawah akan banyak dibangun pada area yang berdekatan dengan stasiun kereta rel listrik (KRL) commuter line dan kawasan industri.



Menurut Dani, kawasan disekitar stasiun KRL dipilih karena akan memudahkan para penghuni perumahan untuk bepergian, seperti ke kantor dan mencapai tempat rekreasi.

Sedangkan kawasan industri dipilih  karena konsentrasi pekerja yang cukup tinggi. Dengan demikian pekerja lebih berminat untuk membeli rumah di sekitar tempatnya bekerja.

‎"Kalau lokasi cukup jauh memang cukup berat, sehingga terbatas dan tidak akan banyak yang membeli. Kalau untuk perumahan secara umum sama dengan tahun lalu, tidak akan ada kenaikan secara signifikan. Untuk layer menengah ke bawah real demand, ini mereka akan tumbuh kelas menengah ke bawah," kata dia.

Harga rumah yang akan banyak disasar oleh masyarakat pada tahun ini tidak jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Pertama, perumahan yang harganya berada di kisaran Rp 100-150 jutaan atau rumah subsidi. Sedangkan kedua, rumah di bawah harga Rp 400 juta.

‎"Memang lebih banyak yang diburu Rp 100 juta-Rp 150 juta, kalau layer kedua di bawah Rp 300 juta atau maksimal Rp 400 juta‎, ada yang beli tapi jarang. Kalau di atas Rp 500 juta serapan perumahannya akan lambat," tandasnya. (D

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya