Namanya Ada di Transkrip, Irjen Tito Sebut Konteksnya Soal Papua

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito menegaskan ia tidak terkait dengan perpanjangan kontrak karya PT Freeport saat menjabat sebagai Kapolda Papua.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 03 Des 2015, 12:51 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Tito Karnavian (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian disebut-sebut ada dalam rekaman percakapan Setya Novanto, Maroef Sjamsoeddin, dan Riza Chalid. Apa respons jenderal bintang dua ini?

Nama Tito disebut 4 kali dalam perbincangan terkait perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia itu. Namun, mantan Kepala Polda Papua ini menampik bila namanya dikait-kaitkan dengan rencana perpanjangan kontrak Freeport.

"Setelah saya lihat rekaman serta transkripnya, itu konteksnya intinya berhubungan dengan masalah situasi dan kondisi Papua, yang saat itu pemilu," ujar Tito di sela bakti sosial di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2015).

Meski demikian, Tito tidak membantah bila dirinya mengenal orang-orang yang terlibat dalam percakapan tersebut. Ia pun menjelaskan bagaimana hubungan personal antara mereka di percakapan itu.

"Dan kemudian Pak M. Riza juga menjelaskan bahwa yang bersangkutan kenal dengan mantan Kapolda Papua sebagai sahabat. Saya kenal Pak Maroef dan saya Kapolda Papua," ucap Tito.

Mantan Kepala Densus 88/Antiteror ini menegaskan, meski dirinya pernah bertemu dengan orang-orang yang ada dalam rekaman tersebut, Tito membantah pertemuan itu terkait Freeport.

"Saya tidak pernah bahas konteks masalah Freeport dan masalah pribadi. Saya juga itu kumpulnya pernah ketemu di mal dan tidak dalam konteks pribadi," ucap Tito.

Berikut penggalan transkrip rekaman percapakan antara Setya Novanto (SN), Maroef Sjamsoeddin (MS), dan M. Riza Chalid (MR).

MR: Kapolda Papua itu kan sahabat saya, sahabat deket.

MS: Tito

MR: Tito. Akhirnya ditarik ke Jakarta supaya nggak menyolok, jadi Asrena. Sekarang Papua sudah jalan, kasih hadiah sama Jokowi. Padahal maunya Jakarta bukan dia. Pak BG maunya bukan Tito. Pak BG maunya Pak Budi. Tapi Budi ditaruh Bandung. Tito Jakarta. Yang minta Jokowi.

SN: Jawa Barat hahaha

MR: Gila Pak. Alot pak orangnya Pak.

SN: Pengalaman itu, maksudnya saya pengalaman itu. Jadi kita harus pakai akal. Kita harus pakai ini. Kuncinya kan ada kuncinya. Kuncinya kan ada di Pak Luhut, ada saya. Nanti lempar-lemparan. Ada dia strateginya. Cek gocek.**

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya