Cegah Ancaman ISIS, TNI Pantau 'Alumni' Timur Tengah

Menurut Panglima TNI Jenderal Moeldoko, kehadiran ISIS termasuk ancaman residual, yaitu munculnya kelompok kepentingan yang frontal.

oleh Audrey Santoso diperbarui 13 Mar 2015, 02:02 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko beserta para pejabat teras Mabes TNI memberangkatkan 800 prajurit TNI yang tergabung dalam satuan tugas Batalyon Komposit (Satgas Yon Komposit) ke Darfur, Jakarta, Rabu (18/2/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - 16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang semula dikabarkan hilang di Turki, kini telah diamankan kepolisian Turki, saat hendak menyeberang ke Suriah. Banyak yang berspekulasi belasan WNI yang hilang tersebut, diduga akan bergabung dengan kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS.

Belajar dari kejadian tersebut, dan adanya kemungkinan WNI menebar paham radikal usai pulang dari Afganistan, TNI menyatakan telah memiliki data warga tersebut dan akan memonitoring mereka saat kembali ke tanah air.

"Kita punya pengalaman dengan beberapa warga Indonesia yang dulu bergabung di Afganistan. Setelah kembali (mereka) membawa persoalan baru," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (12/3/2015).

"Sehingga sekarang kita menginventarisasi siapa saja yang berangkat ke sana. Saat mereka nanti kembali (ke Indonesia), kita dapat memonitor apa yang mereka lalukan," sambung dia.

Menurut Moeldoko, kehadiran ISIS termasuk ancaman residual, yaitu munculnya kelompok kepentingan yang frontal. Seperti gerakan pemberontak, dengan tujuan memanfaatkan keadaan suatu negara yang mereka nilai tak rawan secara sosial, ekonomi, dan budaya.

"ISIS ini ancaman residual," ujar perwira tertinggi di TNI itu.

Menurut Moledoko, untuk mencegah berkembangnya ISIS di Indonesia, TNI mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh paham yang tak berlandaskan hukum dan moral itu. "Kita memberikan penyadaran kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang tidak jelas," tandas Moeldoko. (Rmn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya