Pergerakan Rupiah Tergantung Pemilihan Menteri Kabinet Jokowi-JK

"Ibarat makanan sudah keburu agak dingin, karena proses yang agak melelahkan dan menjemukan," kata Toni Prasetyantono.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Agu 2014, 09:09 WIB
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat tertekan terus-menerus di awal minggu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya mengalami penguatan 0,17 persen ke level Rp 11.673 per dolar AS pada penutupan pekan ini.

Penguatan nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan menolak gugatan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto -Hatta Rajasa.

Meski begitu, pengamat ekonomi asal Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Toni Prasetyantono menilai penguatan tersebut sebenarnya belum maksimal.

"Pasar memang menunggu kepastian legal-formal kemenangan Joko Widodo (Jokowi), sayangnya, penguatan rupiah tidak optimal, karena momentumnya agak hilang," kata Toni saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (24/8/2014).

Tidak optimalnya penguatan tersebut dijelaskan Toni karena proses pemutusan siapa presiden bagi Indonesia tersebut dinilai terlalu lama. Hal ini akan berbeda jika usai KPU mengumumkan hasil akhirnya, pasangan Prabowo-Hatta lebih legowo.

"Ibarat makanan sudah keburu agak dingin, karena proses yang agak melelahkan dan menjemukan," tegasnya.

Pergerakan rupiah ke depan akan lebih tergantung dari siapa saja orang-orang yang dipilih Jokowi-JK yang akan masuk dalam jajaran kabinet pemerintahannya nanti.

"Mungkin saat Jokowi di inaugurasi dan membentuk kabinet yang bagus nanti, rupiah bisa rally ke arah Rp 11.200 per dolar AS," jelasnya. (Yas/Gdn)



*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya